FK-KMK UGM. Saat ini banyak berkembang di masyarakat fakta dan mitos mengenai pasien HIV. Beberapa informasi masih banyak disalah artikan karena kurangnya informasi dari sumber terpercaya dan pakar dibidangnya. Salah satu mitos yang banyak beredar di masyarakat adalah apabila orang meggunakan handuk milik pasien HIV, maka akan berisiko tertular.
Hal serupa juga disampaikan oleh dr. Devi Artami Susetiati, M.Sc., Sp.KK(K), FINSDV, FAADV dari Departemen Dermatologi & Venereologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dalam bincang-bincang santai RAISA Radio pagi ini dengan topik “Akhiri AIDS: Cegah HIV, Akses Untuk Semua”, Selasa (30/11).
“Banyak mitos yang tidak benar bahwa HIV dapat tertular melalui keringat seperti penggunaan handuk yang sama dengan pasien HIV. Padahal faktanya penyebaran virus HIV hanya terjadi melalui darah pasien HIV ke tubuh orang lain. Jadi menggunakan handuk, alat makan selama di dalam rongga mulut tidak terjadi pendarahan tidak menjadi masalah besar”, jelas dr. Devi.
Selain itu, dr. Devi juga menjelaskan apabila seseorang tiba-tiba terkena darah salah satu pasien HIV harus mengkonsumsi obat antivirus HIV sebelum 72 jam penyebaran virus. Hal tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya penyebaran virus yang semakin luas di dalam tubuh.
Saat ini stigma yang terjadi di masyarakat adalah mengucilkan dan menjauhi pasien HIV/AIDS, oleh karena itu perlu adanya akses informasi untuk semua orang agar dapat menghilangkan stigma-stigma tersebut. Apabila seseorang memiliki kerabat atau orang terdekat yang mengidap HIV/AIDS perlu adanya support penuh terlebih dalam hal mental. Bisa juga dengan membantu pasien mengingatkan meminum obat, mengambilkan obat yang harus diminum dan support untuk selalu mengajaknya beraktivitas seperti biasa.
“Tidak ada perbedaan penampilan maupun fisik yang terjadi pada pasien HIV dengan orang sehat secara keseluruhan, hanya saja sistem kekebalan tubuhnya sering berkurang sehingga menimbulkan beberapa penyakit penyerta sering muncul”, ungkap dr. Devi.
Acara yang berlangsung selama kurang lebih satu jam tersebut di moderator oleh dr. Alessandro Alfieri dari Departemen Dermatologi & Venereologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM. (Yuga/Reporter)