FK-KMK UGM. “Istilah decoupling sebenarnya sudah lama namun kembali mencuat belakangan ini. Prinsipnya decoupling menggambarkan terjadinya satu pemisahan. Decoupling juga erat kaitannya dengan kemajuan teknologi komunikasi dan internet yang telah membuat transaksi yang menjajikan bagi trader di seluruh penjuru dunia,” ungkap Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar, Prof. Dr. dr. Suryani As’ad, M.Sc., Sp.GK(K), saat mengisi sebagai narasumber dalam forum diskusi (Raboan) yang diselenggarakan oleh Center for Bioethics and Medical Humanities (CBMH) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Kepeawatan (FK-KMK) UGM dengan topik yang diangkat “Decoupling antara Etika Dokter dan Pelayanan Kesehatan” secara daring, Rabu (2/6).
Decoupling dalam diskusi ini adalah terjadinya keterlepasan antara etika dokter dengan pelayanan kesehatan. “Sampai saat ini etika yang harus dipegang oleh dokter itu melekat erat dalam melaksanakan tugas melayani pasien secara kontak langsung. Adanya perkembangan teknologi informasi baik itu digitalisasi maupun kecerdasan buatan menyebabkan dokter dan tenaga professional kesehatan lainnya, tidak lagi berhadapan langsung dengan pasien pada saat memberikan pelayanan kesehatan, tetapi dipisahkan oleh produk teknologi seperti Artificial Intelligence, IoT, Hologram, Virtual dan lain-lain,” tutur Prof. Suryani.
“Apalagi dengan adanya pandemi Covid-19, itu akan memicu dan mempercepat hal-hal ini bisa terlaksanakan,” imbuhnya.
Muncul sebuah pertanyaan, apakah dengan terjadinya decoupling antara etika dokter dengan pelayanan kesehatan akan menyebabkan pelayanan kesehatan berkembang dengan sangat pesat dan efisien bagi pasien, dan pasien tetap terlindungi dari perbuatan yang tidak beretika, tidak bermoral dan hazard?
Bioetika kedokteran di dalam tahapan akademik pendidikan kedokteran sebagai dasar dan acuan aplikasi medical sciences, dan profesi kedokteran. “Pendidikan dimulai dari semester 1 sampai dengan semester 7 di fase akademik kemudian lanjut di fase profesi. Mahasiswa sudah dibekali dengan aspek-aspek etika yang biasa tergabung dengan mata kuliah bioetik atau apapun namanya, intinya adalah komponen etika dikemas dalam satu kurikulum pendidikan kedokteran,” ungkap Prof. Suryani.
Menurut Prof. Suryani, pelayanan kesehatan nantinya mengalami perubahan. Dulunya pelayanan kesehatan dan etika dokter masih menyatu dengan baik, dimana pada saat melaksanakan tugas terdapat kontak dengan pasien. Saat ini dengan berkembangan teknologi dan informasi, maka pelayanan kesehatan sudah dimasukkan aspek-aspek seperti digital literasi algoritma, internet of things, big data yang semuanya dalam satu paket Artificial Intelligence (AI), kemudian pelayanan diberikan secara virtual seperti virtual care, telemedicine, long distance, dan hologram in medicine.
“Suatu saat untuk physically Rumah Sakit mungkin tidak terlalu dibutuhkan. Namun, pasien bisa terlayani dengan baik, efisien, dan waktu yang dibutuhkannya lebih singkat,” paparnya.
Diskusi yang berlangsung 2 jam ini sangat interaktif dan dihadiri dari berbagai kalangan. (Arif AR/Reporter)
Untuk menyimak diskusi selengkapnya di link: https://youtu.be/K-VVzqCm_I8