FK-KMK UGM. “Penelitian berbasis bukti berkembang setiap hari. Sebuah informasi hari ini bisa dinilai belum bermanfaat, namun dengan penelitian dalam beberapa bulan atau tahun ke depan ternyata bisa memberikan manfaat. Jadi kita harus berhati-hati dalam mengatakan itu hoaks atau bukan. Hati-hati juga untuk berprasangka buruk kecuali kalau memang penyebaran informasi itu diniatkan untuk menipu,” pesan pakar kesehatan anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Dr. Endy Paryanto Prawirohartono, SpA(K)., MPH, Jumat (26/3) saat memberikan paparan webinar dengan topik: “Menu Sehat untuk Melawan Pandemi COVID-19: Gizi dan Hoaks Kesehatan”.
Saat ini banyak beredar informasi-informasi tentang bahan pangan dan herbal yang diklaim dapat mencegah infeksi COVID-19. Beragam pertanyaan seputar Covid-19 juga muncul dan beredar di masayarakat. Seperti halnya pertanyaan mengenai apakah virus Covid-19 bisa ditularkan melalui makanan? Apakah aman membeli bahan makanan di supermarket? Apakah vitamin C bermanfaat untuk orang yang terinfeksi Covid-19? Apakah orang yang terinfeksi Covid-19 karena kekurangan vitamin D?
“Virus Covid-19 memerlukan pejamu (host) binatang atau manusia hidup untuk berkembang biak dan hidup serta tidak mampu berkembang biak di permukaan makanan. Sampai saat ini, belum ada bukti manusia tertular Covid-19 melalui makanan,” imbuh dr. Endy.
Secara umum, dr. Endy menganjurkan masyarakat untuk mencuci bahan makan dengan air bersih, dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. Sedangkan untuk daging, unggas dan telur setidaknya dimasak dengan suhu 700C, memisahkan makanan mentah dan matang, serta tidak perlu mendisinfeksi pembungkus makanan, cukup dengan mencuci tangan setelah memegang bungkus makanan.
Selain dr. Endy, hadir juga Dr. dr. Emy Huriyati, M.Kes, Dosen Departemen Gizi FK-KMK UGM sebagai narasumber kedua yang memaparkan mengenai mitos dan fakta seputar gizi. “Hoaks memang bisa berdampak buruk dan merugikan salah satu pihak, karena berpretensi membentuk opini dan memecah belah” tegasnya.
Menurut dr. Emy, informasi beredar harus berbasis bukti (evidence based) yang komprehensif. Oleh karenanya, dr. Emy mengungkapkan update ilmu sangat diperlukan dalam posisi tersebut.
Menanggapi beberapa hoaks gizi kesehatan yang berkaitan dengan Covid-19, dr. Emy menegaskan beberapa hal: pertama, suplementasi bisa meningkatkan sistem imun tetapi tidak sepenuhnya dapat mencegah bahkan mengobati Covid-19. Kedua, untuk menyiapkan menu sehat masyarakat harus mengatur jumlah asupan garam, gula, lemak, harus kaya serat, dan memperhatikan kecukupan cairan. Ketiga, memprioritaskan penggunaan produk segar, menyiapkan makanan rumahan, memperhatikan ukuran porsi, praktik penanganan makanan yang aman. Keempat, agar aktif selama pandemi, masyarakat perlu istirahat sejenak di tengah aktifitas siang hari, mengikuti kelas olah raga online, berjalan, berdiri, santai (mediatasi dan napas dalam).
Kegiatan seminar yang digelar secara daring ini bisa diakses oleh masyarakat awam secara gratis melalui zoom meeting maupun youtube fakultas. Seminar yang dimoderatori oleh dr. Prattama Santoso Utomo, MHPEd ini diperuntukkan bagi masyarakat umum ini harapannya mampu, pertama, menggugah kesadaran masyarakat dalam mengatur diet sehari-hari serta mengelola menu makanan guna menjaga kesehatan keluarga. Kedua, menyediakan informasi, memperluas wawasan dan menambah pengetahuan masyarakat mengenai gizi dan hoaks kesehatan dalam pandemi Covid-19. (Wiwin/IRO)