Infeksi Menular Seksual dan Kesehatan Mental

FK-KMK UGM. Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM bersama dengan Keluarga Alumni Gadjah Mada Kedokteran (KAGAMADOK), RSUP Dr. Sardjito dan RS Akademik UGM menggelar acara seminar series mengenai infeksi menular seksual dan kesehatan mental, Minggu (8/11) secara daring.

Acara seminar series ini menghadirkan beberapa pakar STI dan Mental Health, di antaranya adalah: Ketua Program Studi PPDS DV, Dr. dr. Satiti Retno Pudjiati, Sp.KK(K), Dokter pakar kedokteran jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang, Dr. Santi Yuliani, MSc., SpKJ, dan konselor klinik VCT HIV/AIDS RSUD Banyumas, Tulus Setiono, S.Kep., Ns., MPH.

Sexually transmitted infection (STIs) atau Infeksi Menular Seksual (IMS) ditularkan melalui hubungan seks dengan seseorang yang sudah memiliki infeksi/kumannya. Diperkirakan ada sekitar 340 juta episode IMS yang dapat disembuhkan terjadi di seluruh dunia setiap tahun ,tatapi hanya beberapa yang terkontrol sprti yang diabetes masih ada kuman di dalamnya,” ungkap dr. Satiti dalam paparannya.

Dokter Satiti juga menambahkan jika sifilis merupakan salah satu golongan IMS yang bisa disembuhkan. Tetapi ada beberapa penyakit IMS yang tidak bisa disembuhkan dan  sebagian besar hanya bisa diterapi karena virus contohnya herpes. “Seseorang terkena virus herpes, dia sembuh, virus itu tidak akan hilang dari tubuhnya, akan tinggal di saraf tulang belakang, jika ada pemicu, misal capek maka herpes itu bisa kambuh kembali,” tegasnya.

IMS lain yang tidak sembuh sempurna atau mudah sekali kambuh adalah kutil kelamin ,yang idsebabkan oleh human papilloma virus, bisa di kelamin atau di tempat lain, 70% kambuhannya. Selain itu, hepatitis B masuk dalam kelompok penyakit yang ditularkan melalui  kontak seksual. Bahkan terkadang, penderita tidak pernah tahu  jika mereka telah membawa kuman ini atau tidak.

Yang terakhir yang paling banyak dibicarakan adalah HIV/AIDS kasus yang sangat tinggi  dan ditularkan melalui hubungan seksual. Dalam hal ini, penderita harus  minum obat seumur hidup.  “Oleh karenanya, yang paling pentin g dari semua penyakit ini adalah pencegahan,” tegasnya.

Dalam paparannya, dr. Satiti juga menegaskan pentingnya pemahaman bahwa kontak seksual itu hanya murni intercourse. Di sinilah menurutnya terdapat perubahan perilaku seksual sehingga muncul populasi khusus dalam seks ini, seperti homoseksual maupun transgender.  Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah apakah STI ini ada hubungannya dengan kesehatan mental? Karena ada perubahan orientasi seksual yang begitu cepat. Bahkan menurutnya, handphone bisa berpengaruh terhadap seseorang sehingga mengakibatkan mereka memiliki perubahan orientasi seksual.

Pembicara selanjutnya, Tulus Setiono lebih menekankan pada HIV/AIDS yang berdampak pada stigma. “Tidak jarang kegagalan terapi justru terjadi pada permasalahan mental pada saat yang bersangkutan terdiagnosis,” tegasnya.  Sedangkan, dr. Santi lebih memaparkan mengenai gangguan mental yang areanya berpusat ada di otak.

Acara yang dimoderatori oleh Dr. dr. Carla Raymondalexas Marchira, SpKJ(K) dan  dr. Ronny Tri Wirasto, SpKJ ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan MERIDIAN 2020.  MERIDIAN, merupakan program charity tahunan yang diselenggarakan FK-KMK UGM dan mulai tahun ini menyelenggarakan bersama dengan Keluarga Alumni Gadjah Mada Kedokteran/ KAGAMADOK, RSUP Dr. Sardjito dan RS Akademik UGM. MERIDIAN 2020 kali ini sangat spesial karena penyelenggaraannya menggunakan konsep virtual dalam program seminar maupun penggalangan dananya. Hasil dari seluruh penjualan tiket dalam MERIDIAN 2020 ini akan didonasikan untuk tenaga kesehatan garda depan dan masyarakat terdampak Covid-19 di wilayah Kalimantan, Papua, dan Lombok.

Sebelumnya, Sabtu (7/11) rangkaian MERIDIAN 2020 juga telah menggelar seminar series bertajuk Integrated Collaboration in Autoimmune Disease. Dan untuk konser MERIDIAN 2020 akan digelar pada Minggu (15/11) secara daring. (Wiwin/IRO)