Festival Inovasi Wolbachia, Sains untuk Kemanusiaan

FK-KMK UGM. Staf dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, selaku Peneliti utama World Mosquito Program (WMP), Prof. dr. Adi Utarini, MSc., PhD., Rabu (12/8) menyampaikan tiga motivasi utama terkait tema “Sains untuk Kemanusiaan” dalam pembukaan rangkaian Festival Inovasi Wolbachia yang digelar 12, 19, 26 Agustus dan 2 September 2020 ini.

Pertama, setiap penemuan selalu diawali dengan sains yang kuat dan dapat diterima oleh masyarakat ilmiah. Kedua, proses pembuktian penelitian yang transparan dan menggunakan standar yang terbaik, baik dari sisi metode penelitian, ukuran-ukuran yang digunakan, quality control, maupun partisipasi dan advokasi selama penelitian. Ketiga, semangat inovasi tentu tidak berhenti pada hasil penelitian, akan tetapi sampai pada titik akhir bagaimana manfaat atau impact itu dapat dirasakan masyarakat, terutama mereka yang sangat membutuhkan.

Seri pertama rangkaian webinar, Rabu (12/8) yang bertajuk “Teknologi Wolbachia dan Penelitian WMP Yogyakarta” ini menghadirkan narasumber Team Leader WMP Yogyakarta, Warsito Tantowijoyo, Ph.D, Entomology dan staf dosen FK-KMK UGM, dr. Eggi Arguni, PhD., SpA yang juga menjabat sebagai diagnostic team leader di WMP Yogyakarta.

Dokter Eggi memaparkan tentang aspek keamanan, kelayakan, dan pelibatan masyarakat dalam penelitian ini. Menurutnya, pada masa awal penelitian WMP Yogyakarta, banyak dilakukan penelitian yang mendasari bagaimana teknologi Wolbachia akan diterapkan di Yogyakarta. WMP Yogyakarta melakukan Wild Insect Survey di Sleman dan Bantul, dengan mengumpulkan 100 jenis serangga. Dari 100 jenis serangga yang dikumpulkan, 22 diantaranya mengandung Wolbachia. “Wolbachia berada di sekitar kita,” tegas dr. Eggi.

Dokter Eggi juga menambahkan bahwa selain Wild Insect Survey, WMP Yogyakarta juga melakukan studi serologi, untuk mengecek keamanan Wolbachia pada manusia. WMP melakukan pengambilan sampel darah dari 300 partisipan dan dicek antibodinya. Hasil studi menunjukkan, bahwa dipastikan Wolbachia tidak menginfeksi manusia.

WMP Yogyakarta juga melakukan studi vector competence. Dalam studi ini, peneliti menginfeksi nyamuk Ae. aegypti dengan virus dengue melalui artificial blood feeding. Hasilnya, nyamuk Ae. aegypti ber-Wolbachia, virus denguenya sangat rendah, sedangkan yang tidak ber-Wolbachia cukup tinggi. Ini yang menjadi dasar penemuan bahwa Wolbachia berhasil menghambat replikasi virus dengue pada tubuh nyamuk Ae. aegypti. Wolbachia ini seperti halnya vaksin yang meningkatkan kekebalan tubuh nyamuk Aedes aegypti terhadap virus dengue,” tambah dr. Eggi.

Dirinya juga menjelaskan bagaimana pelibatan masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan penelitian ini. Melalui strategi pelibatan masyarakat yang tepat, penelitian WMP Yogyakarta mendapatkan kepercayaan yang bermuara pada dukungan dan persetujuan dari warga. Mulai dari pemetaan komunitas, pelibatan tokoh masyarakat, dan sosialisasi yang dilakukan melalui pertemuan tatap muka, pertemuan dan audiensi dengan berbagai pemangku kepentingan, serta sosialisasi melalui media.

Di akhir webinar, dr. Eggi mengucapkan terima kasih atas keterlibatan dan dukungan dari pemangku kepentingan dan masyarakat. Tanpa dukungan dan keterlibatan tersebut, tentu riset ini tidak akan berhasil dan sampai pada tahap akhir penelitian.  (Wiwin/IRO; Foto: dok.panitia)

Berita Terbaru