Konsumsi Daging Sehat dan Aman di Masa Pandemi

FK-KMK UGM. “Memperingati hari raya kurban ataupun tidak, kita harus pandai-pandai dalam memilih, mengolah, dan mengkonsumsi daging,” ungkap pakar gizi kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Dr. Mirza Hapsari Titis Penggalih, S.Gz., MPH., RD. , Kamis (30/7) saat dikonfirmasi mengenai bagaimana upaya sehat dan aman mengkonsumsi daging kurban di masa pandemi.

Menurut Mirza, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mengkonsumsi daging kurban. Pertama, hewan kurban harus sehat atau tidak berpenyakit maupun sudah masuk usia dewasa. “Prinsipnya, sesuai dengan syarat sah hewan kurban,” tegasnya. Kedua, memilih konsumsi daging merah terlebih dahulu. Penggunaan daging putih, lemak, maupun tulang, bisa diolah hanya sebatas menjadi kaldu atau penambah rasa. Dalam hal ini, Mirza berpesan sebaiknya jangan mengkonsumsi jeroan, terutama untuk orang yang sudah berusia di atas 40 tahun.

Ketiga, saat mengolah daging, usahakan untuk menghindari penambahan lemak berlebihan. “Daging ini sudah mengandung lemak, misal akan dimasak dengan tambahan santan, hanya bisa dilakukan untuk satu masakan saja. Jangan terlalu banyak,” ungkapnya. Sejatinya, Mirza menjelaskan bahwa ada teknik pemberian bumbu yang bisa digunakan sebagai pengganti santan, misalnya dengan menambahkan bumbu kemiri. Sedangkan penggunaan tambahan daun jeruk, jeruk nipis, maupun asam jawa juga disarankan Mirza, karena menurutnya bahan – bahan tersebut bisa membantu memecah lemak dan mempermudah metabolisme dalam tubuh.

Keempat, batasi porsi konsumsi daging atau protein hewani hanya sekitar 150-200 gram per hari, yang dibagi dalam 3 kali konsumsi. “Kita harus bijak dalam mengambil porsi masakan daging untuk dikonsumsi,” imbuh Mirza saat ditemui di ruang kerjanya.

Terkait penyimpanan ataupun semi pengolahan daging agar bisa dikonsumsi dalam jangka waktu lama, Mirza mengungkapkan jika teknik frozen atau pembekuan daging lebih aman dan sehat.

“Kalau saya cenderung merekomendasikan pembekuan daging daripada mengolahnya menjadi abon yang telah melewati proses penambahan minyak sangat banyak. Pilihan kedua bisa digiling dan dibuat bakso. Kalau untuk pengalengan, itu prinsipnya ditambah garam, radiasi agar bakteri tidak berkembang, bahkan harus ditambahkan zat kimia tertentu agar awet, itu yang tidak bagus. Daging beku tetap pilihan pertama,” paparnya.

Di penghujung paparannya, Mirza mengingatkan untuk rajin cek kesehatan, jika seseorang sudah memiliki masalah dengan kondisi kolesterol. (Wiwin/IRO; Foto: Vania)

Berita Terbaru