Masker, Gangguan Pernapasan, dan Kesehatan Kulit

FK-KMK UGM. Memasuki era adaptasi kenormalan baru, sebagian besar masyarakat sudah mulai beraktivitas dan tidak lagi mengisolasi diri dirumah, tentunya dengan tetap menerapkan langkah-langkah pencegahan salah satunya penggunaan masker di tempat umum. UGM Update Bincang Kesehatan #1 kali ini membahas mengenai masker, gangguan pernapasan, dan kesehatan kulit yang disiarkan melalui Instagram Live UGM, Facebook Live UGM dan YouTube Live UGM pada Kamis (16/07) pukul 09.00 WIB.

Diskusi ini menghadirkan narasumber seorang Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta, dr. Siswanto, Sp.P., dan narasumber seorang dokter spesialis di bidang kulit dan kelamin, dr. Flandiana Yogianti, Ph.D., Sp.DV., yang juga merupakan dosen Departemen Dermatologi dan Venereologi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM.

Dalam pemaparannya, dr. Siswanto mengungkapkan bahwa Covid-19 yang disebabkan oleh virus SARS-COV-2 ini memang bisa menular antar manusia dengan cara penyebaran/transmisi droplet. Droplet secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu ukuran besar yaitu lebih dari 5 mikron dan ukuran kecil kurang dari 5 mikron. Droplet dengan ukuran besar akan terpengaruh dengan gravitasi dan akan turun ke permukaan dengan jarak 1 – 2 meter, dapat secara langsung terhirup maupun jatuh pada permukaan benda-benda. Sedangkan droplet ukuran kecil bisa terbang/jatuh lebih dari 2 meter. Selain itu pada awal pandemi sudah telihat bukti-bukti yang dicurigai bahwa terjadi penyebaran melalui airborne, maka perlu lebih berhati-hati.

Saat ini Kemenkes telah mengubah istilah new normal menjadi Adaptasi Kebiasaan Baru. Pada era ini ada tiga hal yang wajib dilakukan, yaitu menjaga jarak (social/physical distancing), memakai masker, dan mencuci tangan. “Pemakaian masker akan mengurangi risiko paparan, dan bukan membentengi, sehingga tidak hanya masker saja yang dibutuhkan tetapi juga menjaga jarak dan cuci tangan. Setiap virus memiliki kelemahan, sehingga sangat penting melakukan ketiga protokol kesehatan tersebut di masyarakat untuk mencegah penularan. Kebiasaan baru ini perlu dibudayakan agar menjadi perilaku hidup sehat”, jelas dr. Siswanto.

Masyarakat disarankan menggunakan masker kain, sedangkan kalangan medis yang bekerja disituasi berbahaya menggunakan masker medis, baik surgical mask, N-95, dan sebagainya tergantung dengan zona-zona yang telah ditentukan rumah sakit. “Sudah ada penelitian mengenai filtrasi masker kain dan hasilnya cukup bagus. Masker berbahan katun/sifon bisa memfiltrasi lebih dari 80% partikel ukuran 3 mikron. Penelitian juga menyebutkan selain barrier mekanik, ternyata masker kain juga memiliki barrier efek filtrasi elektrostatik dari bahan kain tersebut”, jelas dr. Siswanto.

Akan tetapi seringkali penggunaan masker terlalu lama juga dapat menyebabkan dermatosis atau gangguan/penyakit kulit salah satunya adalah jerawat dan erosi/luka akibat gesekan terlalu kuat. Oleh karenanya, dr. Flandiana menyarankan untuk mencari bahan/model masker yang sesuai. Misalnya masker yang lembut untuk meminimalkan terjadinya gesekan.

Dalam diskusi dengan sobat UGM juga dibahas mengenai penggunaan hand sanitizer yang seringkali menyebabkan kulit kering bahkan hingga mengelupas. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu menggunakan pelembab/moisturaizer atau barrier cream setelah mencuci tangan dan tentunya memilih hand sanitizer yang tepat dengan memerhatikan komposisinya. Selain itu apabila kondisi memungkinkan, disarankan sebisa mungkin untuk mencuci tangan meggunakan sabun dan air mengalir.

“Pesan untuk sobat UGM dimanapun berada, tetaplah menggunakan masker ketika beraktivitas diluar. Juga apabila ada keluhan terhadap kesehatan kulit, segeralah berobat ke dokter spesialis kulit dan kelamin dan jangan khawatir untuk datang ke rumah sakit karena sudah ada pembagian zona-zona di setiap rumah sakit. Jangan mencoba mengobati radang kulit sendiri apabila sudah cukup parah. Juga bijaklah dalam pemilihan hand sanitizer dan selalu mencuci tangan setidaknya 20 detik dengan 6 langkah. Salam sehat!”, pungkas dr. Flandiana pada akhir acara. (Vania Elysia/ Reporter)

Berita Terbaru