Nursing UGM dalam Ngobrol Pintar Paliatif, Aspek Fisik hingga Spiritual

FK-KMK UGM. Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM kembali menggelar Ngobrol Pintar (NgoPi) Paliatif: Aspek Fisik hingga Spiritual Volume 1 pada Rabu (01/07) selama kurang lebih 90 menit. NgoPi serial kelima ini mengusung tema yang sedang hangat diperbincangkan yaitu “How Palliative Care Implements in the Covid-19 Pandemic?”.

NgoPi #5 yang dimoderatori oleh Dr. Christantie Effendy, S.Kp., M.Kes., Dosen PSIK FK-KMK UGM ini menghadirkan narasumber dr. Diah Martina, Sp.PD., PhD candidate di Erasmus Medical Centre Rotterdam sekaligus Dosen Divisi Kedokteran Psikosomatik dan Paliatif Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang membahas mengenai “Advance Care Planning pada Pasien dan Keluarga dengan Covid-19: Kapan dan Bagaimana?”.

Fenomena yang ada saat ini bahwa banyak orang sudah merencanakan mengenai rencana studinya, rencana karir, bahkan rencana travelling-nya dengan sangat baik. Akan tetapi sangat jarang orang merencanakan masa-masa dimana sudah tidak mampu berkomunikasi lagi dengan orang lain/orang terkasih akibat kondisi tubuh misalnya akibat suatu sakit. Tidak merencanakan masa dimana tidak mampu berkomunikasi untuk menyampaikan harapan, keinginan, pengambilan keputusan terkait apa yang akan dilakukan terhadap diri pribadi. Padahal hal ini bisa terjadi sewaktu-waktu dan kapan saja. Hal-hal ini perlu dibicarakan bersama dengan orang terdekat dan orang terkasih, juga tentunya dengan tenaga kesehatan.

Advance Care Planning merupakan sebuah proses komunikasi antara pasien, orang yang pasien cintai, dan tim kesehatan pasien untuk membantu pasien, yang pertama, untuk memahami kondisi medis yang dimiliki dan kemungkinan komplikasinya. Kedua, mengeksplorasi makna dari living well serta makna kualitas hidup, juga membantu pasien mengenali dirinya sendiri. Ketiga, merenungkan target perawatan, nilai-nilai dan keyakinan pribadi pasien. Keempat, memahami pilihan perawatan medis di masa depan sehubungan dengan konsisi kesehatan pasien. Kelima, mempertimbangkan manfaat dan risiko berbagai pilihan terapi. Keenam, menentukan siapa yang akan menjadi pengambil keputusan ketika pasien tidak dapat mengambil keputusan. Ketujuh, mendokumentasikan dan menyimpan salinan dokumen Advance Care Planning. Poin ketujuh ini bukan tujuan utama Advance Care Planning. Hal ini dapat dilakukan ketika sudah mengeksplorasi semua hal yang diperlukan, sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan dapat melihat pada dokumen tersebut. Kedelapan, meninjau kembali keputusan atau target yang telah pasien susun. Bisanya terjadi ketika pasien berubah pikiran atau kondisi pasien mengalami perubahan.

“Diskusi mengenai hal-hal seperti ini terasa sangat berat dan banyak orang cenderung akan menghindar. Seringkali sampai datang masanya ketika sudah terlewat dan sudah terlambat untuk mendiskusikan Advance Care Planning”, ungkap dr. Diah. Beliau juga mengungkapkan harapannya dengan diskusi Advance Care Planning dapat meningkatkan kualitas akhir kehidupan pasien.

Sayangnya Advance Care Planning seringkali disalah artikan merupakan diskusi tentang kematian padahal Advance Care Planning merupakan diskusi berkelanjutan mengenai preferensi layanan medis. Advance Care Planning mendorong pasien dan orang yang dicintai pasien untuk  mendiskusikan dan memahami nilai, kepercayaan, dan harapan pasien. Advance Care Planning diperuntukkan untuk semua individu, baik yang sehat atau usia produktif maupun yang sakit atau usia lanjut. Dengan Advance Care Planning, pasien dapat menyampaikan preferensi kesehatannya, misal untuk menghentikan terapi aktif atau menerima terapi lainnya bila sesuai secara klinis. Advance Care Planning juga dapat membantu tim medis untuk memahami harapan pasien dan menyampaikan tipe-tipe layanan kesehatan yang sesuai dengan preferensi pasien.

Berkomunikasi jarak jauh mengenai isu sensitive merupakan sebuah tantangan Advance Care Planning di masa pandemi Covid-19. Selain itu tantangannya adalah adanya keterbatasan penggunaan bahasa non-verbal. Akan tetapi dalam kondisi pandemi saat ini menjadi kesempatan atau momen yang tepat untuk mulai membicarakan Advance Care Planning. (Vania Elysia/Reporter)

Berita Terbaru