Soil-Transmitted Helminth (STH) Masih Menjadi Masalah di Indonesia

FK-KMK UGM. Kejadian Neglected Tropical Diseases (NTDs) terutama penyakit karena Soil-Transmitted Helminth (STH) atau cacing usus yang sebagian siklus hidupnya di tanah masih menjadi masalah di Indonesia. Untuk menjawab tantangan dari kejadian ini, maka Program Studi (Prodi) S2 Ilmu Kedokteran Tropis (IKT), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengadakan kursus dengan judul Metode Pemeriksaan STH  secara Mikroskopis dan Molekuler. Kursus merupakan bagian dari perayaan dies natalis 25 tahun Prodi S2 Ilmu Kedokteran Tropis (S2 IKT) dan ditujukan untuk para peneliti di bidang masalah kesehatan terkait kecacingan di tingkat Sekolah, Universitas, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan maupun Dinas Kesehatan.

Acara kursus ini dibuka secara resmi oleh Dr. dr. Ida Safitri Laksanawati, Sp.A (K). selaku sekretaris Prodi S2 IKT, Jumat (26/4) di auditorium gedung Tahir FK-KMK UGM dan diikuti oleh 34 orang peserta yang berasal dari berbagai institusi di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Acara juga diselenggarakan di laboratorim Parasitologi, FK-KMK UGM. Sedikitnya terdapat 5 orang fasilitator yang memberikan materi baik secara teori maupun praktek langsung di laboratorium, diantaranya dr. Elsa Herdiana Murhandarwati, M.Kes., Ph.D. dan Rizqiani Amalia K., M.Sc. (Departemen Parasitologi, FK-KMK UGM); Prof. Soeren Leif Becker, MD., Ph.D. (University of Bassel, Switzerland, Swiss and Saarland University Medical Centre, Homburg, Germany); Anna Nimmesgern (Saarland University Medical Centre, Homburg, Germany) dan dr. Citra Indriani, MPH. (Departemen Epidemiologi, Biostatistik, dan Kesehatan Populasi, FK-KMK UGM).

Adapun materi dan praktek yang diberikan adalah mengenai bagaimana melakukan beberapa metode pemeriksaan mikroskopis untuk Soil-Transmitted Helminth (STH) di laboratorium yaitu Direct Method, Kato-katz, Koga Agar Plate, Baermann funnel technique, dan Mini-FLOTAC yang diberikan oleh dr. Elsa Herdiana dibantu Rizqiani Amalia dan 5 teknisi laboratorium. Sedangkan untuk pemeriksaan molekulernya adalah dengan melakukan metode Polymerase Reaction Chain (PCR) untuk deteksi Strongyloides stercoralis yang diberikan oleh Anna Nimmesgern. Selanjutnya, Prof. Soeren memberikan tambahan materi berupa Rapid diagnostic tests (RDT) untuk deteksi antigen Schistosoma.

Fasilitator terakhir yaitu dr. Citra yang memberikan pandangan dari sudut epidemiologi mengenai bagaimana melakukan penelitian STH yang baik dan relevan. Acara ditutup dengan diskusi terbuka yang dipimpin dr. Elsa Herdiana mengenai penggalian potensi penelitian dari berbagai daerah dan institusi. Diharapkan dengan banyaknya penelitian mengenai kecacingan menggunakan metode yang tepat dapat menghasilkan data penyakit kecacingan yang akurat untuk pertimbangan dalam mengambil kebijakan eliminasi penyakit kecacingan di tingkat nasional. (Kontributor; Foto: dok.panitia)