FK-KMK UGM. Pakar etika kedokteran Universitas Amsterdam, Dick Wilems, berbagi pengetahuan mengenai konsep dasar etika perawatan, Senin (8/4) di ruang kuliah sekolah Pascasarjana UGM. Acara yang diinisiasi oleh Departemen Pendidikan Kedokteran dan Bioetika, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM dihadiri oleh puluhan akademisi.
Saat mengawali paparannya, Dick Wilems memberikan ilustrasi mengenai penanganan kasus etis mengenai permohonan pasien untuk mengakhiri hidupnya (end of life). Dalam hal ini, ia ingin menunjukkan bagaimana pelayanan kesehatan dihadapkan pada sebuah problem etis yang memerlukan berbagai macam pendekatan dan pertimbangan keputusan. “Kuncinya adalah eksplorasi berbagai kemungkinan untuk mengatasi dilema, keputusan yang terbaik harus dihasilkan,” tegasnya.
Joan Tronto, menjadi salah satu rujukan Dick Wilems dalam paparan kuliahnya kali ini. Melalui konsep batasan moral dan etika perawatan Joan Tronto, dirinya mencoba mengurai beberapa prinsip dan konsep mendasar mengenai etika perawatan. “Kepedulian bukanlah sebuah intervensi, yang merupakan konsep sentral. Kepedulian merupakan aktivitas spesifik yang melibatkan semua hal yang kita lakukan untuk mempertahankan, melanjutkan bahkan memperbaiki dunia kita hingga kita mampu hidup di dalamnya sebaik mungkin,” paparnya mengutip apa yang dituliskan Joan Tronto.
Dick Wilems juga menyitir teori dasar seorang Filusuf Jerman, Imanuel Kant mengenai penempatan kebohongan untuk kebaikan ataupun menyelamatkan hidup orang lain, serta Filusuf Perancis kontemporer, Levinas mengenai pemahaman melihat orang lain sebagai dirinya, sebagai poin reflektif tersendiri dalam kuliah ini.
Prinsipnya, dalam paparan kuliah Dick Wilems menekankan 4 konsep utama etika pelayanan. Pertama, kepedulian, dengan memperhatikan kebutuhan orang lain. Kedua, merawat, dengan tanggung jawab. “Dalam hal ini bukan hanya legal formal ataupun tanggung jawab yang disepakati, namun lebih pada tanggung jawab moral,” tegasnya.
Ketiga, memberi perawatan, yang berkaitan dengan konsep kompetensi. Dick Wilems menegaskan bahwa adanya niat baik namun memiliki ketidakmampuan/inkompetensi, maka dapat mengakibatkan sebuah kecerobohan perawatan yang berisiko. Keempat, responsif dalam proses perawatan, fleksibel, dan lebih santai/cair sehingga bisa ‘bermain-main’. Untuk mengilustrasikan penjelasannya, Dick Wilems menunjukkan sebuah cerita film ‘Wit’ di mana ada proses komunikasi antara pasien kanker stadium akhir dengan seorang perawat. Komunikasi yang terlihat sangat akrab dan sederhana menjadi sesuatu yang bermakna bagi pasien.
“Etika perawatan sesuai untuk perawatan jangka panjang. Namun, elemen-elemen etika perawatan dalam setiap situasi harus selalu dilakukan dengan penuh kepercayaan, kepekaan, tanggung jawab, dan kompetensi,” pungkas sosok Doktor Filsafat ini di akhir sesinya. (Wiwin/IRO)