FK-KMK UGM. Melihat banyaknya kasus kesehatan reproduksi yang erat kaitannya dengan pornografi, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengadakan seminar sehari berjudul: “Dampak Pornografi terhadap Kesehatan Reproduksi”, Sabtu (30/3).
Seminar yang diselenggarakan di Gedung Rawat Jalan lt. 5 RSUP dr. Sardjito tersebut menghadirkan beberapa narasumber multidisiplin mulai dari klinisi kedokteran, psikolog, penggerak PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), hingga aktivis PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia).
Mengawali sesi seminar, ahli media komunikasi UGM, Wisnu Martha Adiputra, S.I.P., M.A memaparkan sumber-sumber akses pornografi. Wisnu menyebutkan berbagai macam akses pornografi mulai dari majalah, games, kartun, hentai, situs website, media sosial hingga p2p sharing.
Di sesi selanjutnya, Dr. dr. Dicky Moch. Rizal, Sp.And., M.Kes mengajak peserta seminar untuk mengetahui dampak biologis dari pornografi. Ahli andrologi tersebut secara gamblang menjelaskan mekanisme bagaimana suatu konten pornografi menyebabkan kerusakan otak pada remaja.
“Konten-konten pornografi menjadi stimulan pelepasan dopamin di otak, dopamin ini menyebabkan rasa senang dan ketagihan namun disisi lain dopamin menyebabkan proses degenerasi (kemunduran) otak menjadi lebih awal. Hal ini berbahaya jika terjadi pada anak/ remaja yang notabene sedang mengalami perkembangan otak. Beberapa penelitian menyebutkan proses degenarasi yang diakibatkan oleh pornografi sama beratnya seperti efek mengonsumsi heroin,” ungkapnya.
Selain menghadirkan beberapa pakar di bidangnya, seminar tersebut juga mengundang ketua tim penggerak PKK DIY, GKR Hemas sebagai keynote speaker yang diwakili oleh Gusti Putri Paku Alam. Dalam pidatonya, Gusti Putri Paku Alam menyebutkan berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk membentengi pornografi pada anak.
“PKK telah memiliki program pola asuh anak penuh cinta dan kasih sayang dalam keluarga, namun selain itu perlu adanya beberapa upaya untuk mencegah maraknya pornografi seperti : pertama, edukasi tentang dampak pornografi; kedua, adanya kegiatan inovatif; ketiga, mengawasi warnet, dan keempat, regulasi media pendidikan menggunakan internet bagi anak-anak usia SD”, terangnya.
Di acara yang diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan tersebut, beberapa ibu nampak prihatin mengetahui paparan fakta yang ada, salah seorang ibu bahkan bercerita bahwa putranya yang masih duduk di bangku TK menjadi korban pelecehan oleh temannya di sekolah. Mengakhiri seminar, ketua kegiatan, dr. Shinta Prawitasari, M.Kes., Sp.OG(K) menyimpulkan bahwa pornografi menjadi hulu dari masalah-masalah kesehatan kesehatan dan reproduksi yang ada seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi, gizi buruk, hingga trauma pada anak. Seyogianya, pemberantasan pornografi membutuhkan kerjasama berbagai pihak mulai dari orangtua dan keluarga, lingkungan sekolah, dan masyarakat. (Alfi/Reporter)