Eksplorasi Tanaman Obat Untuk Kanker

FK-KMK UGM. Salah satu upaya menemukan anti kanker yang baru adalah dengan mengeksplorasi bahan alam terutama tanaman obat. Senyawa aktif potensial yang sering diisolasi dari tanaman obat adalah flavonoid, isoflavon salah satunya. Hal ini diungkapkan Lely Yuniarti, S.Si., M.Kes., Jumat (31/8) saat menjalani sidang ujian terbuka program Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK UGM).

Isolasi salah satu isoflavon yaitu genistein dari kedelai membutuhkan kedelai dalam jumlah banyak dan biaya mahal sehingga tidak ekonomis. Oleh karena itu, para peneliti mencoba mensintesis genistein dan turunannya untuk mendapatkan senyawa dalam jumlah besar yang lebih ekonomis. Salah satu senyawa aktif isoflavon yang sedang diteliti sebagai antikanker di UGM adalah senyawa 1,2-epoksi-3(3,4 dimetoksifeni)-4H-1benzopiran-40n) propane (EPI) yang diperoleh dari minyak daun cengkih dan banyak tersedia di Indonesia.

Kanker serviks merupakan kanker tersering kedua di Indonesia pada perempuan usia produktif.  Infeksi jangka panjang HPV terutama jenis high-risk HPV menjadi faktor penyebab kanker serviks uteri. Sekitar 99,7% dari kanker serviks uteri sel skuamosa dan 94-100% kanker serviks adenokarsinoma positif HPV, DNA virus HPV akan bergabung dengan DNA manusia kemudian mengakibatkan peningkatan siklus sel protein E6 dan E7 dengan interaksi subsequent antara protein onkogenik dan siklus sel.

Terapi utama kanker serviks meliputi operasi dan radiasi, karena kanker serviks merupakan kanker ginekologik yang kurang sensitive terhadap kemoterapi. Terapi standar yang ditetapkan International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) dalam penatalaksanaan kanker serviks adalah terapi pembedahan, kemoradiasi, histerektomi dan radioterapi. Jika ada sisa tumor, perluasan (metastase) jauh atau relaps, perlu dicari modalitas terapi lain yaitu pemberian kemoterapi.

Keberhasilan terapi standar yang belum maksimal dan efek samping pengobatan kanker serviks juga belum dapat diatasi. Pertama, Cisplatin sebagai kemoterapi utama untuk kanker serviks memiliki efek samping nefrotoksik atau merosak ginjal, supresi sumsum tulang, neurotoksik dan menyebabkan mutah. Kedua, doksorubicin merupakan antikanker yang digunakan secara luas untuk terapi beberapa kanker ini juga memiliki efek samping kardiotoksik dan memicu resistensi. Penelitian yang dilakukan Lely Yuniarti dalam studi doktoralnya ini diharapkan menjadi solusi atas permasalahan tersebut.

Melalui penelitian ini, Lely Yuniarti berhasil meraih gelar doctor ke-4.103 UGM dengan meraih predikat cumlaude. Prof.dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc., PhD selaku promotor menyampaikan rasa bangga atas keberhasilan Lely Yuniarti dalam meraih gelar doktor dengan kebaruan penelitiannya. (Wiwin/IRO)