Mengatasi Obstructive Sleep Apnea dengan Sleep Endoscopy

FK-KMK UGM. Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau yang lebih dikenal sebagai henti nafas saat tidur merupakan kasus yang kerap dijumpai di Indonesia dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderitanya. Perkembangan teknologi pun menuntut para dokter spesialis THT untuk meningkatkan pengetahuan mereka terkait metode penanganan OSA yang paling mutakhir. Oleh karena itu, Perhimpunan Dokter Spesialis THT-Bedah Kepala Leher Indonesia (Perhati-KL) cabang DIY-Jatangsel mengangkat topik tersebut dalam symposium nasional mereka, yaitu “Obstructive Sleep Apnea: Updated ENT Management and the Advanced Sleep Endoscopy”. Symposium tersebut diselenggarakan di Hotel Eastparc Jogjakarta selama dua hari (25-26/08). Hari pertama meliputi tiga sesi presentasi pakar mengenai berbagai topik terkait OSA dan hari kedua meliputi sleep endoscopy workshop.

Sesi pertama dari presentasi pakar diisi oleh tiga orang dokter spesialis THT, yaitu dr Agus Surono, M.Sc., Ph.D., Sp.T.H.T.K.L. (K)., dr Vicky Eko NH, M.Sc., Sp. T.H.T.K.L. (K), dan dr Farokah, Sp. T.H.T.K.L.(K)., M.Si., Med. Masing-masing pakar membawakan topik yang berbeda-beda, dr Agus menjelaskan tentang klasifikasi gangguan tidur, dr Vicky memaparkan tentang anatomi dan fisiologi dari faring dan laring, serta menunjukkan bagian mana yang berisiko mengalami obstruksi, sementara dr Farokah memperkenalkan komponen OSA secara lebih lanjut, seperti etiologi, gejala, faktor predisposisi, dan metode diagnosis.

Sesi kedua diisi oleh pembicara yang lebih beragam agar para peserta dapat meninjau OSA dari perspektif medis di luar THT. Dr Anggoro Budi, M.Sc., Sp.PD., Ph.D., Dr.dr.Carla Marchira, M.Sc., Sp.KJ.(K)., dan dr. Yudiyanta. M.Sc., Sp.S(K)., hadir untuk berbagi pandangan berdasarkan latar belakang spesialis masing-masing terhadap OSA. Dr Anggoro menyatakan bahwa penyakit kardiovaskular dan OSA saling mempengaruhi secara signifikan. “Pada penderita CVD dengan OSA, apabila OSA bisa diatasi, maka CVD pun akan dapat dikendalikan pula”, kata dr Anggoro. Sementara itu, dr Carla mengingatkan pentingnya mempertimbangkan aspek psikiatrik dalam diagnosis OSA, mengingat cukup banyak gejala gangguan psikiatrik yang bersinggungan dengan OSA, seperti ADHD, pyschosis, insomnia, depresi, dan kecemasan. Dr Yudiyanta menyampaikan dua topik sekaligus, yaitu aspek neuromuscular pada OSA dan polysomnography sebagai metode diagnosis OSA. “Polysomnography dapat digunakan untuk menentukan derajat dan kualitas tidur, serta monitoring kejadian selama tidur,” ungkap dr Yudiyanta.

Sesi ketiga dihadiri oleh pembicara dari Perhati-KL Jakarta, yaitu Dr.dr.Elvie Zulkha, Sp.T.H.T.K.L.(K). dan Dr.dr.Fauziah Fardizza, Sp.T.H.T.K.L.(K)., serta dari departemen anestesi UGM yang menjelaskan aspek anestesi pada pasien dengan OSA. Dr Elvie menjelaskan mengenai gangguan pernafasan pada tidur anak dan implikasinya pada tumbuh kembang anak. Gangguan tidur terjadi ketika fragmen tidur kacau dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti down syndrome, obesitas, gangguan saluran atas pernafasan, dan lain-lain. Dr Elvie juga menekankan perlunya pergeseran paradigma ke personalized medicine bagi penderita OSA, seperti penggunaan Drug-Induced Sleep Endoscopy untuk melihat pola tidur pasien. Hal ini dapat mencegah kesalahan diagnosis dan bedah pada kasus yang jarang atau tidak terduga. Dr Fauziah kemudian menambahkan penjelasan tentang manajemen THT untuk OSA, salah satunya dengan  uvulopalatopharyngoplasty (UVPP). “Kasus OSA perlu ditangani dengan serius, kadang kasus yang ringan belum tentu lebih mudah daripada kasus yang berat”, Dr Fauziah mengingatkan.

Hari kedua dari rangkaian symposium membahas lebih detail mengenai Drug-Induced Sleep Endoscopy yang sempat disinggung pada hari sebelumnya. Tidak hanya mendapat pemaparan langkah-langkah melaksanakan Drug-Induced Sleep Endoscopy, peserta workshop juga mendapat kesempatan menyaksikan demo pelaksanan dan mempraktikkan hands on sleep endoscopy. Semua alat untuk menunjang pelaksanaan endoscopy telah disediakan oleh panitia dengan dibantu berbagai perusahaan penyedia alat kesehatan yang turut hadir dan membuka stand selama symposium.

Symposium yang diselenggarakan oleh Perhati-KL ini tidak hanya menyediakan sarana bagi para mahasiswa PPDS, dokter umum, dan dokter spesialis untuk meningkatkan pengetahuan mereka terkait OSA, namun juga menjadi ajang silaturahmi dan membangun relasi sesama tenaga medis yang menaruh perhatian pada kasus tersebut. (Elwina/Reporter)