ISCB 2018: We Can’t Do Alone

FK-KMK UGM. Kanker merupakan sebuah penyakit multifaktorial yang sangat kompleks. Insiden kanker di seluruh dunia terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Terdapat daftar panjang faktor risiko mayor yang berkontribusi mempengaruhi insiden tersebut seperti perihal genetik, epigenetik, lingkungan dan gaya hidup, pendidikan, dan kewaspadaan masyarakat terkait promosi kesehatan dan pencegahan kanker. Seiring berkembangnya kemajuan riset, para peneliti menemukan teori bahwa pengobatan kanker dapat lebih efektif jika target spesifik yang berperan dalam progresi kanker dapat diketahui. Dengan begitu, proses penyembuhan akan lebih cepat dan tidak menyebabkan efek samping yang berlebihan. Departemen Histologi dan Biologi Sel FK-KMK UGM membuka acara ‘International Symposium on Cancer Biology: Opportunities for Research’ sebagai ajang temu ilmiah bergengsi yang mengupas pokok bahasan tersebut. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 24-25 Agustus 2018 di Auditorium FK-KMK UGM ini juga digelar sebagai perayaan peringatan 70 tahun Prof. dr. Sofia Mubarika Haryana, MMedSc, Ph.D, seorang ilmuwan sekaligus guru kita yang selama ini terkemuka dengan kiprahnya dalam penelitian kanker di Indonesia.

Dewi Kartikawati Paramita, S.Si, M.Si, Ph.D selaku ketua penyelenggara mengemukakan bahwa penelitian mendasar mengenai biologi kanker dasar akan membantu kita mengetahui perkembangan proses kanker dengan menelusuri perubahan gen dan interaksi sel tumor dengan lingkungan di sekitarnya. Dari proses tersebut, kita dapat mengetahui jalur atau perubahan gen yang memicu sel kanker tumbuh dan menyebar dengan sangat cepat. Hal ini dapat dijadikan dasar menentukan target sepesifik dari terapi kanker.

Masih banyak tantangan di masa depan terkait penelitian mengenai biomarker non-invasif, gen kunci dalam karsinogenesis, aplikasi terapi spesifik, dan lain sebagainya. Diharapkan simposium tersebut dapat menjadi wadah komunikasi antara para peneliti dan klinisi di seluruh dunia untuk saling berkolaborasi dalam peningkatan kompetensi. “Simposium ini dapat meningkatkan pengetahuan spesifik terkait mekanisme pengobatan kanker, diagnosis, dan upaya pencegahannya,” ujar Dekan FK-KMK UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D.

Prof. Lawrence S. Young dari University of Warwick membuka simposium dengan presentasinya tentang ‘EBV and Cancer : what we have learned so far’. Selanjutnya, Prof. Mubarika memulai pemaparan berjudul ‘Cancer Research in Indonesia : we can not do alone’ dengan pemutaran video tentang perjalanan karier riset beliau. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan ‘Dharmais Cancer Hospital as National Cancer Center in Indonesia’ yang diwakili oleh Dra. Lucia Rizka Andalucia, Apt.Pharm, MARS.

Pada hari pertama, simposium menyajikan tiga bahasan pokok yang pada tiap akhir sesinya ditutup dengan diskusi. Pertama, studi tentang karsinogenesis dibawakan oleh Floris Foijer, Ph.D dari University Medical Center Groningen; Delvac Oceandy, MD, Ph.D dari University of Manchester; Prof. Edy Meiyanto dari Fakultas Farmasi UGM; serta Yap Lee Fah, Ph.D dari University of Malaya. Selanjutnya, bahasan tentang genetik dan kanker yang dibawakan oleh Dewajani Purnomosari, Ph.D dari FK-KMK UGM; Gerard Pals, Ph.D dari VU University Medical Centre Amsterdam; dan Ahmad Rusdan Handoyo Utomo, Ph.D dari Kalbe Genomics Laboratory, Jakarta. Terakhir, materi tentang epigenetik dan kanker disampaikan oleh Sumadi Lukman Anwar, MD, Ph.D dari FK-KMK UGM dan Delvac Oceandy yang sebelumnya juga memberi materi pada sesi pertama.

Tiga bahasan pokok lain juga dipaparkan pada hari kedua simposium. Melanjutkan dari sesi di hari sebelumnya, ketiga pemaparan tersebut membahas masing-masing tentang perkembangan biomarker kanker, imunologi kanker dan imunoterapi, serta stem cell dan kanker. Para pembicara baru juga diundang untuk memberikan materi di hari kedua, seperti Dr. Lim Chwee Ming dari National University Hospital, Singapore; Prof. Aru Wisaksono Sudoyo, MD dari UI; Indra Bachtiar, Ph.D dari Stem Cell and Cancer Institute, Jakarta; serta Prof. Chi-Tai Yeh dari Taipei Medical University-Shuang Ho Hospital. Sebelum sesi kelima dimulai, Prof. dr. Yati Soenarto S, Sp.A(K)., Ph.D juga sempat membawakan materi tentang ‘Research Ethics and Patient Safety’.

Selain menyajikan pemaparan materi dan diskusi dalam ruang, ISCB 2018 juga telah menerima 17 judul poster terdaftar untuk diperlihatkan dalam bingkai-bingkai easel di lobi Auditorium FK-KMK UGM. Sebanyak 13 judul presentasi oral juga telah dipaparkan oleh para peneliti dari berbagai instansi pendidikan sesuai dengan tema-tema pokok bahasan.

Seperti yang Prof. Mubarika jelaskan, kanker merupakan masalah global yang terus meningkat jumlahnya. Bahkan WHO memproyeksikan bahwa pada tahun 2035, dunia akan memiliki 24 juta kasus baru dan 14,5 juta kematian yang disebabkan oleh kanker per tahun. Karena itu, setiap harinya ribuan peneliti bekerja keras untuk menemukan cara baru yang lebih baik untuk menyembuhkan dan mencegah kanker. Bukan hanya peneliti di bidang biomedis, para klinisi, ahli bioinformatika, dan jajaran sistem pendukung harus siap berkolaborasi. Sebuah sistem yang bekerja layaknya sebuah simfoni orkestra ini nantinya akan dipimpin oleh Kementerian RISTEKDIKTI, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perencanan dan Pembangunan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kolaborasi tersebut diharapkan akan menyukseskan penelitian kanker demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. “To be successful, we can’t do alone. We should never walk alone,” tegas Prof. Mubarika diiringi antusiasme tepuk tangan para peserta simposium. (Fildzah/Reporter)