FK-KMK UGM. Tepat 73 tahun yang lalu, pada tanggal 17 Agustus 1945, para pahlawan dan pejuang mendapatkan hasil jerih payah mereka setelah ratusan tahun di bawah penjajahan: kemerdekaan. Bendera merah putih pertama kali dikibarkan, begitu pula Indonesia Raya yang pertama kali dikumandangkan. Namun, pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan rakyat Indonesia yang sebenarnya baru saja dimulai. Tidak hanya untuk mempertahankan kemerdekaan, tetapi juga untuk berkembang dan maju. Proses ini tentu tidak mudah, dan setiap rakyat Indonesia memiliki tanggung jawab yang sama untuk berkontribusi terhadap proses ini.
Pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-73 kali ini, para sivitas akademika FK-KMK UGM diingatkan kembali akan semangat ini pada acara Sarasehan yang dipandu oleh dr. Nur Arfian, Ph.D. Setelah memulai hari dengan mengikuti upacara baik di Balairung UGM maupun RSUP Dr. Sardjito, Arfian memandu sesi Motivasi Kerja dan Peningkatan Kinerja di Auditorium FK-KMK UGM. Menjadi Pribadi Profesional menjadi topik dalam acara sarasehan yang disampaikan oleh Dr. Sumaryono, M.Si dari Fakultas Psikologi UGM.
Sumaryono kembali mengobarkan semangat kerja para sivitas akademika FK-KMK UGM dengan menjunjung tinggi profesionalisme. Namun, sebelum itu, Dr. Sumaryono juga mengingatkan tentang pentingnya berbagi kebaikan yang dilakukan dengan cara memanggil salah satu staf FK-KMK UGM, Pak Paiman, untuk maju ke depan. Saat Pak Paiman tersenyum ke penonton, Dr. Sumaryono menunjukkan bagaimana orang-orang lain otomatis ikut tersenyum dan bahkan tertawa. Hal sederhana ini membuktikan bahwa saat kita melakukan kebaikan, maka balasan yang akan kita dapat akan berkali-kali lipat.
Menurut Sumaryono, ada berbagai aspek dari profesionalisme. Pertama adalah tentang penampilan, tidak hanya menyangkut pakaian, tetapi juga ekspresi wajah yang kita pasang. Hanya dengan ekspresi wajah, kita bisa menjadi orang yang dirindukan orang lain atau malah yang orang lain senang saat kita tidak ada. Selain itu, pemilihan kata dan etika bekerja juga merupakan aspek penting dari profesionalisme dan akan sangat menentukan bagaimana sikap orang lain saat bekerja dengan kita.
Dalam bekerja, Sumaryono juga menekankan bahwa kita harus fokus dalam mengembangkan potensi, bukan merebutkan posisi. Saat kita tidak kompeten tapi mendapatkan suatu posisi, maka kita akan cenderung merasa cemas karena takut digantikan. Kebalikannya, saat kita kompeten tanpa memikirkan posisi, maka posisi tersebut akan datang sendiri ke kita. Sumaryono mengambil contoh Muhammad Zohri, juara dunia lari dari Lombok, yang tidak memikirkan apakah dia akan mendapat hadiah atau bahkan akan dihargai atau tidak, tetapi dia fokus dalam meningkatkan kompetensinya sebagai pelari. Hasilnya, Zohri dielu-elukan masyarakat dari seluruh Indonesia karena mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Hal ini sesuai dengan poin berikutnya yang dibawakan oleh Sumaryono, tentang bagaimana kita harus berkarir, tidak hanya bekerja. Saat yang kita lakukan hanyalah bekerja, maka kita hanya melakukan hal sesuai dengan SOP dan job description, sedangkan hal-hal di luar itu bukanlah kita anggap sebagai tanggung jawab kita, maka kita tidak mau ikut memikirkannya. Hal ini tentu tidak salah, tetapi Sumaryono menjelaskan bahwa dengan seperti itu, maka kita tidak akan semakin berkembang dan maju.
Dalam meniti karir, Sumaryono berpendapat bahwa kita harus memikirkannya sebagai properti individu, contohnya dengan memaksimalkan kesempatan pelatihan saat dikirim oleh tempat kerja untuk mengembangkan diri, bukan hanya formalitas. Selain itu, Sumaryono menekankan bahwa kuncinya terdapat pada kemauan yang kuat. Saat kemampuan kita biasa saja tapi diiringi dengan kemauan kuat, maka kita bisa berkembang dengan dorongan dan dukungan yang baik. Hal ini juga merupakan tanggung jawab dari seorang pemimpin agar semua orang yang dia pimpin dapat mendapat dorongan dan dukungan yang sesuai tersebut.
Walaupun membawakan materi yang serius, namun Sumaryono berhasil menciptakan suasana yang santai dan menyenangkan dengan banyak melontarkan candaan dan berinteraksi dengan penonton. Ditambah dengan penyetalan video-video menarik seperti pertandingan renang backstroke pada Paralympics London 2012 dan motivasi dari Jack Ma, co-founder dan executive chairman Alibaba Group yang merupakan konglomerat teknologi multinasional, Dr. Sumaryono berhasil mendapat perhatian penuh penonton. Materi pada hari itu ditutup dengan menggaris bawahi sikap dari orang sukses yang dipaparkan Jack Ma, yaitu selalu optimis tentang masa depan, tidak pernah mengeluh, dan selalu mencoba menyelesaikan permasalahan orang lain. (Keisha/Reporter)