‘Dolanan’, Suplemen untuk Tumbuh Kembang Anak

FK-KMK UGM. Jamuran ya ge ge thok! Lirik lagu dolanan tradisional jamuran sudah mulai terdengar asing bagi sebagian besar anak-anak generasi sekarang. Mereka lebih akrab bersahabat dengan gawai dan terbius dalam dunianya sendiri. Fenomena inilah yang menjadi fokus utama dalam talkshow “Menggiatkan Dolanan Tradisional untuk Kesehatan Anak”.

Acara bincang-bincang kesehatan yang juga ditayangkan live streaming melalui webinar tersebut diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK UGM) sebagai salah satu rangkaian peringatan hari anak nasional tahun 2018.

Dahulu, anak-anak sering bermain bersama di tanah lapang. Seiring berjalannya waktu di era revolusi industri keempat ini, lahan bermain semakin sempit. Anak-anak kini lebih suka bermain sendiri di dalam rumah bersama perangkat digital mereka.

Perubahan pola bermain yang semakin pasif dan tidak banyak mengandung aktivitas gerak kasar membuat anak-anak lebih berisiko mengalami obesitas. Beberapa masalah mata juga mulai muncul karena anak terlalu lama berada di depan layar komputer atau telepon pintar untuk bermain gim. Bukan hanya masalah fisik, satu dari sepuluh anak berisiko mengalami gangguan perilaku seperti Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) akibat perubahan pola bermain ini. Bahkan gangguan bicara juga dapat terjadi pada anak yang sering dikenalkan dengan televisi sejak dini. Perangkat tersebut hanya menawarkan komunikasi satu arah sehingga tidak memberikan banyak stimulasi interaksi pada anak untuk belajar bicara.

“IDAI dan AAP merekomendasikan bahwa sebaiknya orang tua tidak menggunakan media gadget untuk anak di bawah dua tahun. Mereka belum bisa belajar dari dua dimensi kemudian menghubungkannya dengan tiga dimensi. Yang paling penting adalah interaksi langsung,” ujar Pakar Tumbuh Kembang Anak, dr. Mei Neni Sitaresmi, SpA(K), PhD, Jumat (27/7), dalam talkshow tersebut.

Pakar Sosiologi Kesehatan, Dr. Dra. Sumarni DW, M.Kes, menilai dolanan tradisional memiliki konteks historis yang lebih unggul dibanding jenis permainan lainnya. Lagu-lagu dolanan yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga seperti “Lir-Ilir” mengandung banyak filosofi, salah satunya bermakna spiritual. Bukan hanya sekadar nyanyian, melalui lagu tersebut, anak-anak diakrabkan dengan nasihat religius sejak dini. Mereka diajarkan untuk saling percaya dan tolong-menolong dalam tim untuk menikmati permainan bersama-sama. Tidak hanya berdampak positif pada perkembangan mental, dolanan tradisional seperti gobak sodor, lompat tali, dan engklek juga baik untuk kesehatan fisik anak karena melibatkan banyak gerakan motorik.

Drs. Bambang Nurcahyo Prastowo, M.Sc. selaku ahli Teknologi Informasi memaparkan bahwa dewasa ini, satu gawai telah mampu mengakses berbagai macam gim sehingga membuat anak menjadi lupa waktu. Terlebih lagi jenis gim daring yang seringnya memaksa pengguna untuk tetap tinggal di depan komputer sampai babak permainan berakhir. Orang tua sebagai pengasuh utama berperan penting dalam pengawasan aktivitas ini.

Agar anak tidak kecanduan gawai serta tidak tumbuh menjadi pribadi yang apatis terhadap interaksi sosial, orang tua harus bersikap sensitif dan responsif terhadap kebutuhan anak. Media digital tentu sangat bermanfaat untuk perkembangan anak asal digunakan dengan aman dalam pendampingan orang tua. Meskipun sibuk bekerja, orang tua tetap dilarang bersikap lalai dan membiarkan gawai bebas mengasuh anak. Justru sangat diharapkan agar orang tua menjadi role model dan mencontohkan sikap disiplin terkait penggunaan gawai pada anak-anak.

Di satu sisi, dengan mulai mengenalkan dolanan tradisional, anak akan menikmati kesibukannya terhadap hal baru yang lebih aktif menstimulasi tumbuh kembang. Prinsipnya, anak perlu dibimbing tanpa menggunakan kekerasan dan hendaknya selalu diberi pujian untuk setiap kepatuhan yang dia lakukan sebagai wujud pengasuhan penuh kasih sayang.

Kesehatan masih menjadi hak yang sepatutnya anak terima. Karena itu, cegah kecanduan gawai dan giatkan dolanan tradisional untuk tumbuh kembang anak yang lebih baik. (Fildzah Izzazi Achmadi/Reporter)