FKKMK-UGM. Prevalensi penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau yang dikenal dengan penyakit Lupus antara 4-250 kasus per 100.000 anak. Bahkan untuk Lupus dewasa, trend penyakit ini semakin banyak kasus yang ditemukan. Masyarakat dan tenaga kesehatan kini lebih peduli menggiatkan upaya pencegahan penyakit Lupus. Hal tersebut diungkapkan Staf Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, dr. Sumadiono, SpA(K), saat menjadi salah satu narasumber seminar peringatan hari Lupus sedunia, Rabu (9/5) di ruang seminar gedung Diklat RSUP Dr. Sardjito lantai 4.
“Sampai saat ini memang tidak diketahui penyebab penyakit ini. Hanya saja ada bukti-bukti yang menguatkan seperti faktor keturunan, lingkungan, udara, konsumsi obat berlebih bahkan infeksi yang tidak tertangani waktu masa kanak-kanak bisa memicu Lupus,” ungkap staf FKKMK UGM, Prof. dr. Nyoman Kertia, SpPD-KR. yang juga menjadi salah satu narasumber pada acara tersebut.
Seminar sehari yang mengupas masalah Lupus dalam kajian klinis ini juga menghadirkan narsumber dari asuhan keperawatan, Setyo Tri Wibowo, S.Kep., Ns maupun dari BPJS Yogyakarta terkait penjaminan penyakit SLE atau Lupus.
SLE merupakan penyakit autoimun sistemik dengan penyebab multifaktor. Penyakit ini merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang disebabkan banyak faktor dan dikarakterisasi adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan produksi autoantibodi yang berlebihan.
Gejala umum yang sering ditemui adalah keletihan, sakit kepala, nyeri atau bengkak sendi, demam, anemia, nyeri dada ketika menarik nafas panjang, ruam kemerahan pada pipi hingga hidung, polanya seperti kupu-kupu; sensitif terhadap cahaya atau cahaya matahari, rambut rontok sampai kebotakan, perdarahan yang tidak biasa, jari berubah pucat atau kebiruan ketika dingin dan sariawan di mulut atau koreng di hidung.
Lalu apa yang bisa dilakukan masyarakat awam? Deteksi dini dengan Periksa Lupus Sendiri (SALURI) dipercaya mampu menemukan kasus SLE secara dini, agar memperoleh tindakan terapi segera. (Wiwin/IRO)