FKKMK-UGM. Sumber daya manusia merupakan ujung tombak sistem pelayanan kesehatan. Saat ini, dunia sedang menghadapi permasalahan serius mengenai kecukupan tenaga kesehatan. Masalah ini disinyalir menjadi kendala utama dalam pencapaian tujuan dan upaya pembangunan kesehatan. Terobosan dan inovasi baru untuk meningkatkan jumlah petugas pelayanan kesehatan sudah mendesak untuk diwujudkan.
Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2006,“Working Together for Health”, menunjukkan bahwa sekitar 57 negara di dunia mengalami kekurangan petugas layanan kesehatan setara dengan 2,4 juta dokter, perawat dan bidan secara global. Akibatnya, minimnya jumlah petugas pelayanan kesehatan ini mengancam jutaan orang di seluruh dunia karena tidak menerima layanan kesehatan esensial. Ketergesaan untuk mencetak tenaga kesehatan demi memenuhi kebutuhan kuantitas dengan mengesampingkan kualitas pendidikan dan pelatihan, tentu bukan menjadi solusi tepat dalam menghadapi permasalahan ini.
Menyikapi hal ini, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM bersama dengan The South-East Asia Regional Association of Medical Education (SEARAME) dan Indonesian Association for the Study of Health Profession Education (IASHE) dan Indonesian Academy of Medical and Health Professions Education Experts (IAMHPE) menyelenggarakan seminar internasional SEARAME 2018 dengan tema: “Improving the quality of health professions education for the better future of health services”, tanggal 5-8 Mei 2018 di hotel Sheraton Mustika Yogyakarta.
Presiden SEARAME Indonesia, yang juga dosen FKKMK UGM, dr. Titi Savitri Prihatiningsih, MA., M.Med.Ed., PhD., mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan persebaran tenaga kesehatan. Dengan melihat jumlah lulusan Fakultas Kedokteran per tahun, maka pada 2005-2025, Kementerian Kesehatan telah memproyeksikan bahwa Indonesia memang sudah memiliki jumlah tenaga kesehatan yang cukup. “Hanya saja penumpukan tenaga kesehatan itu masih terjadi di kota-kota besar,” tegasnya dalam konferensi pers yang digelar, Senin (7/5) di hotel Sheraton Yogyakarta.
SEARAME merupakan Badan Pendidikan Kedokteran Regional untuk wilayah Asia Tenggara. Organisasi non pemerintah yang berada di bawah World Federation for Medical Education (WFME) yang berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan kedokteran dengan mengarusutamakan standar tertinggi pendidikan kedokteran. WFME memiliki 6 anggota asosiasi, yang sesuai dengan 6 wilayah WHO. Keenam asosiasi tersebut diantaranya: AMEE untuk wilayah Eropa; AMEEMR untuk wilayah mediterania timur, AMEWPR untuk wilayah Pasifik, AMSA untuk wilayah Afrika, PAFAMS untuk wilayah Amerika Utara dan Selatan dan SEARAME untuk wilayah Asia Tenggara.
WFME dalam kerjanya, berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan kedotkeran untuk meningkatkan pelayanan kesehatan secara global. “Kami mempromosikan standar tertinggi dalam aspek pengembangan fakultas, pengembangan kurikulum, metode simulasi, pendidikan linier, prosedur penerimaan, jalur pendidikan berjenjang, Interprofessional Education (IPE), akreditasi, Continuing Professional Development (CPD) untuk professional kesehatan maupun aspek perencanaan,” ungkap President WFME, Prof. David Gordon.
“Dalam hal ini, SEARAME bertugas melakukan promosi, diseminasi dan memastikan standar WFME bisa dipahami dan diimplementasikan menjadi standar rujukan, dan mendorong pelaksanaan akreditasi di 11 negara anggota,” imbuh dr. Titi Savitri.
Tahun 2018, FKKMK UGM, untuk kedua kalinya, menjadi tuan rumah forum internasional SEARAME ini. Forum rutin yang diselenggarakan dua tahunan dengan menghadirkan Keynote Speech President WFME, Prof. David Gordon; dan WHO Representatives, Dr. N. Paranietharan ini sekaligus menjadi penanda bahwa SEARAME mendukung program WHO, yakni semua Fakultas Kedokteran di masing-masing negara, pada tahun 2020 sudah melakukan akreditasi. (Wiwin/IRO; Foto/Dian)