FKKMK-UGM. Autisme pada anak membuat orang tua cemas. Kasus tersebut dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang ras, etnik, tingkat sosial, ekonomi maupun pendidikan. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), prevalensi kasus autism teridentifikasi 1di antara 68 anak.
Paparan tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Elisabeth S. Herini, SpA(K), Selasa (6/3) dalam agenda Annual Scientific Meeting (ASM) 2018 dengan tema “Peran Diet dan Nutrisi pada Anak dengan Autisme”, yang diselenggarakan oleh Pokja Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM.
Profesor Herini juga menambahkan bahwa tanda-tanda awal autisme sangat khas. Pertama, gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non-verbal. Kedua, gangguan dalam bidang interaksi social. Ketiga, gangguan perilaku. Keempat, gangguan perasaan/emosi, dan yang terakhir gangguan persepsi sensoris.
Seribu hari pertama kehidupan yakni dari masa kehamilan sampai anak usia 2 tahun merupakan periode emas anak. Pada periode tersebut bisa menjadi masa untuk mengenal secara dini kesehatan anak.
“Insiden autisme semakin meningkat, deteksi dini autisme sangat diperlukan. Untuk mengatasi autisme tidak hanya diserahkan kepada dokter saja tetapi pada lingkungan, orang tua, guru bahkan orang-orang sekitar. Ini adalah awal untuk menjadi jejaring terapi,” tegasnya.
Terkait pengaturan nutrisi yang tepat pada anak dengan autisme, Herni Astuti, DCN., M.Kes memaparkan bahwa asupan makanan untuk anak dengan autisme perlu diet gluten free dan casein free. Hal ini berarti bahwa makanan harus bebas casein (susu), protein/prolamin dari gandum jenis wheats, barley, oats/havermout dan bulgur.
“Setelah menghilangkan gluten dari diet selama 3 bulan, sebaiknya dinilai ulang kemajuan yang telah dicapai. Untuk diet casein dianjurkan dicoba selama 3 minggu kemudian dievaluasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk membuat buku harian makanan sebelum, selama dan sesudah diet,” imbuhnya.
Seminar yang berlangsung selama 1 hari ini juga menghadirkan beberapa pakar di antaranya adalah Dr. Neila Ramadhani, MSi., M.Ed terkait perkembangan komunikasi dan autisme; dr. Shinta Retno Kusumowati, SpKJ terkait tema tata laksana autisme; dan yang terakhir adalah Herni Astuti, DCN., M.Kes terkait tema pengaturan nutrisi yang tepat pada anak dengan autisme. Acara talkshow dengan narasumber Herni Astuti, DCM., MKes., Rahma Yunaini, SpD, Gr dan Laurentia Dewi, menjadi penutup agenda ASM dari Pokja Gizi . (Wiwin/IRO)