FK-UGM. Puskesmas Pleret yang berlokasi di Jalan Imogiri Timur Bantul cukup ramai dengan pasien yang berobat. Sekilas, Puskesmas ini tidak jauh berbeda dengan Puskesmas lainnya. Namun siapa sangka, Puskesmas ini baru saja mendapat penghargaan Gubernur DIY sebagai Puskesmas berprestasi pada saat perayaan Hari Kesehatan Nasional ke-53 (Minggu, 12 November 2017).
Prestasi yang telah diraih oleh Puskesmas Pleret ini tidak bisa lepas dari sosok yang cukup bersahaja alumni Fakultas Kedokteran UGM. Beliau adalah dr. Fauzan, alumni FK UGM angkatan 92 yang kini sudah sepuluh tahun memegang amanah sebagai kepala Puskesmas Pleret. Selama sepuluh tahun ini, beliau sudah banyak melahirkan berbagai inovasi program yang bermanfaat bagi masyarakat dan bahkan sudah mendapat perhatian dari WHO dan kunjungan dari negara lain. Setidaknya, sudah ada 9 program unggulan yang sudah maupun sedang berjalan selama 10 tahun ini diantaranya program Kripik Paru, MBS Pesat Berkokok, Main Kar Free Day, dan Jamuku.
Program Inovasi Andalan
Menurut dr. Fauzan, berbagai inovasi tersebut dibuat akronim supaya lebih nyaman di dengar dan menghilangkan stigma buruk tentang penyakit. Program Kripik Paru merupakan akronim dari Kita Perangi Penyakit Paru. Program ini menjadi salah satu dari Top 10 program inovasi di Kabupaten Bantul. Berawal dari banyaknya angka kejadian penyakit TB di Kecamatan Pleret diakui dr. Fauzan menjadi latar belakang tercetusnya program Kripik Paru ini. Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam program ini adalah dengan pembangunan laboratorium pengecatan khusus, ruang penyuntikan MDR, ruang batuk untuk penderita suspect TB serta Pertemuan MANTAB (Mantan Penderita TB).
Program MBS Pesat Berkokok adalah salah satu program Puskesmas Pleret yang bekerja sama dengan pondok pesantren sebuah yayasan. Pesat Berkokok sendiri merupakan akronim dari Pesantren Sehat Bebas Asap Rokok yang ditujukan bagi lingkungan pendidikan. Kegiatan program ini diantaranya pendekatan bagi kyai dan santri serta lomba poster anti-rokok bagi para santri yang juga diikutsertakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Selain itu, setiap hari Rabu rutin diadakan dua program unggulan Puskesmas ini yaitu Main Kar Free Day (Hari Bebas Klekaran dan Bermain) dan Jamuku. Main Kar Free Day ini ditujukan bagi pasien anak-anak. Anak-anak dibuatkan tempat tunggu yang terpisah dari pasien dewasa. Tempat tunggunya pun dibuat agar anak-anak masih bisa bermain walaupun di Puskesmas. Sedangkan Jamuku merupakan program bagi-bagi jamu kepada pasien sekaligus sebagai sarana edukasi dan pengenalan tanaman herbal bagi masyarakat. Dokter Fauzan mengungkapkan bahwa program ini disusun agar masyarakat tetap melestarikan warisan leluhur yang disesuaikan dengan teori farmakologi kedokteran.
[slideshow_deploy id=’18844′]
Perjalanan dr. Fauzan
Dibalik sosok tinggi bersahaja yang kini menjadi kepala Puskesmas Pleret ini, dr. Fauzan memiliki pengalaman masa lalu yang cukup heroik. Selepas lulus dari FK UGM pada tahun 2000, dr. Fauzan menjalankan PTT selama dua tahun di pedalaman Provinsi Kalimantan Timur. Beliau mengaku bahwa ketika PTT beliau harus berjalan kaki dan bahkan menaiki perahu menelusuri pedalaman rawa demi menuju ke lokasi Puskesmas. Tidak jarang beliau menemui hewan-hewan buas selama perjalanannya. Beliau juga harus membuat janji terlebih dahulu dengan ketua suku ketika akan ke Puskesmas agar masyarakat bisa memperoleh pengobatan.
Selepas dua tahun PTT, dr. Fauzan kemudian pindah ke Pulau Jawa. Beliau pertama kali ditugaskan di Puskesmas Sedayu selama empat tahun hingga terjadi bencana gempa Jogja. Beliau kemudian ditugaskan sebagai Kepala Puskesmas Pleret hingga saat ini. Beliau mengaku merasakan perbedaan yang sangat berarti ketika PTT dan ketika kembali ke Jawa. Namun, ketika mulai bertugas di Pleret dr. Fauzan pun menemui berbagai permasalahan kesehatan yang mengharuskan beliau untuk belajar tentang manajemen dan komunikasi. Dari situ, beliau pun mulai menjawab berbagai persoalan kesehatan dan mengembangkannya sehingga munculah berbagai inovasi. Ketika ditanya mengenai pekerjaannya, beliau berpendapat bahwa sebagai seseorang dengan profesi yang mulia, alangkah baiknya jika selalu bekerja sebaik-baiknya dan memaknai apa yang telah dikerjakan sesuai dengan bidang masing-masing. (Dinda/Kontributor)