FK-UGM. Adanya kebijakan mengenai Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang implementasinya berdampak pada ekonomi dan kesehatan menjadi latar belakang diselenggarakannya Pre-Kongres Indonesian Health Economics Association (InaHEA), Kamis (28/7), di Alana Hotel Yogyakarta. Tahun ini, pre-Kongres dari Kongres tahunan InaHEA merupakan pelaksanaan tahun ketiga yang sebelumnya diselenggarakan di Bandung dan Jakarta.
Kegiatan Pre-Kongres ini diadakan dalam satu hari dengan empat topik besar dengan pembicara serta pembahas sesuai dengan minat dan spesialisasinya. Keempat topik tersebut diantaranya adalah, pertama: Diagnosis Classification in DRG Payment. Topik kedua, Planning The Utilisation of District Tobacco Tax in Indonesia; topik ketiga, Health Economics Evaluation on Drugs. Sedangkan topik keempat adalah The Economics of Preventive Health Programs, Tobacco, and Health Equity Under JKN Policy.
Kongres ini menghadirkan beberapa tokoh penting bidang kesehatan maupun ekonomi seperti: Menteri Kesehatan Indonesia, Prof. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M; beserta Ketua Badan Kebijakan Fiskal, Prof. Suahasil Nazara, S.E., M.Sc, PhD, Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan Kementrian Kesehatan, dr. Donald Pardede, MPPM dan Direktur Utama BPJS Kesehatan, Dr. Dr. Fachmi Idris, M.Kes. Selain itu, kegiatan ini juga menghadirkan Ketua InaHEA, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, Dr. PH; dan Ketua Indonesian Health Policy Network, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD.
Dalam kegiatan ini InaHEA ini berafiliasi dengan asosiasi yang lebih besar yaitu International Health Economics Association (IHEA). Asosiasi ini dibentuk untuk memperkuat hubungan antara ilmu kesehatan dan ilmu ekonomi. “Bahwasanya di manapun untuk implementasi JKN, harus pula membicarakan mengenai dampak ekonominya,” papar ketua acara penyelenggara, Dr .dr. Julita Hendrartini Sasongko, M.Kes., saat ditemui di sela-sela kegiatan kongres.
Selaras dengan hal yang diungkapkan oleh Profesor Hasbullah bahwasanya balancing untuk pelayanan kesehatan dan kecukupan biaya memang memerlukan waktu yang lama serta adanya kerjasama antara ahli Ilmu Kesehatan dan ahli Ilmu Ekonomi. “Kongres inilah tempat yang tepat untuk para ahli di bidang masing-masing untuk berkumpul dan memahami keadaan yang sedang terjadi dan mengupayakan solusinya,” tegasnya.
Balancing dengan pendekatan multidisiplin diharapkan mampu mendukung upaya pelayanan kesehatan menjadi semakin baik dengan biaya yang membuat beberapa belah pihak tidak merasa dirugikan. Dokter Julita juga menambahkan bahwa beranjak dari balancing tersebut, dibahaslah pula mengenai Health Technology Assesment (HTA) dan implementasinya untuk menilai apakah teknologi kesehatan yang dipergunakan benar-benar prospektif dan ada kajiannya.
Penulisan abstrak menjadi syarat untuk mendaftar menjadi peserta Kongres. Hal ini diberlakukan untuk menggugah minat peserta akan membaca dan menulis. “Harapannya dengan dimulai dari Kongres ini, para peserta mau dan mampu untuk menuliskan aspirasi serta karyanya,” pungkas Profesor Hasbullah. (Andrea/Reporter)