CHILD and ADOLESCENT MENTAL HEALTH – a Community Based Perspective

Dr Giuseppe

Yogyakarta – Anak dan remaja adalah generasi emas sumber daya manusia masa depan suatu bangsa sehingga kesehatan mental anak dan remaja sangatlah penting. Penelitian epidemiologi mengindikasikan tiga sampai empat remaja masuk kriteria DSM (Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders), dan satu dari sepuluh remaja diperkirakan mengalami gangguan emosional serius atau Serious Emotional Disturbance (SRD). Kurang dari separuhnya menerima perawatan khusus kesehatan mental, dan masalah kesehatan mental ini memiliki dampak drastis pada kemampuan seorang anak baik secara sosial, akademis, dan emosional. Gangguan kecemasan adalah kondisi yang paling sering dialami oleh anak-anak, diikuti oleh gangguan perilaku, suasana hati, dan penggunaan narkoba. Kondisi ini diperparah dengan stigma dan diskriminasi yang disandangkan pada para remaja dengan gangguan mental. Dengan masih terbatasnya psikiater anak dan remaja maka kebijakan kesehatan mental menjadi krusial.

Dalam rangka membangun kesadaran dan pemahaman mengenai pentingnya kebijakan penanganan kesehatan mental di Indonesia, Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa berinisiatif menggelar forum diskusi berbagi pengetahuan empiris melalui penyelenggaraan kuliah pakar tentang masalah kesehatan mental anak dan remaja termasuk solusi penanganannya.  Jumat [12/2] bertempat di Gedung Pascasarjana FK UGM, doctor Giuseppe James Raviola -Asisten Profesor Ilmu Kesehatan Jiwa dari Boston Children’s Hospital Harvard memaparkan topikCHILD and ADOLESCENT MENTAL HEALTH: a community-based perspective‘, termasuk bahasan pengembangan kebijakan kesehatan mental dan rencana strategis menjawab tantangan global berbagai gangguan kesehatan mental pada anak dan remaja

CME PsychiatryDalam paparannya, Dr Raviola memperkenalkan program Partners in Health (PIH) yang sudah tersebar di beberapa negara dengan salah satu cakupannya adalah kesehatan mental anak dan remaja. Prinsip layanan yang diberikan PIH berbasis komunitas, memiliki akses ke pusat pelayanan kesehatan, memberikan layanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi yang kurang mampu serta layanan sektor publik. Model inti pemberian perawatan pada PIH meliputi pengembangan jaringan yang kuat dari perawatan primer termasuk pencegahan, penemuan kasus, perawatan, pengobatan, dan penjangkauan. Ini termasuk memperkuat rumah sakit kabupaten dan puskesmas untuk memberikan perawatan primer yang komprehensif yang dikoordinasikan dengan pekerja kesehatan berbasis masyarakat, dan kelompok Tenaga Kesehatan Masyarakat yang dilatih dalam promosi kesehatan, rujukan dan pengobatan. Selain itu, PIH mencakup perawatan klinis, memberikan bantuan sosial dan ekonomi juga untuk mereka yang paling berisiko. Dengan platform pelayanan berbasis komunitas — health care enriched — rumah sakit, kontribusi PIH untuk kesehatan mental adalah pengembangan depression care pathway untuk tindak lanjut pasien kasus depresi.

Beban global saat ini adalah gangguan mental sebagai penyebab signifikan dari kecacatan pada anak-anak dan remaja ternyata lebih menonjol daripada leukemia, diabetes dan AIDS jika digabungkan. Selain itu, kasus bunuh diri menjadi penyebab utama ketiga kematian di kalangan remaja di seluruh dunia, dengan depresi menjadi penyebab utama seumur hidup. Beban global kesehatan mental anak dan remaja masih ditambah dengan gangguan kecemasan, gangguan perilaku dan suasana hati serta gangguan penggunaan zat. Setidaknya 20% dari anak usia 9-17 didiagnosis gangguan mental dengan penurunan fungsi, dan sayangnya kebanyakan dari mereka tidak menerima pengobatan. Kasus kesehatan mental pada anak dan remaja sangatlah kompleks sehingga penting para psikiater mengetahui 4R yaitu recognize, respond, refer, resilience. Biasanya orang-orang dengan gangguan jiwa menunjukkan tanda-tanda distres pada periode waktu tertentu (minggu hingga bulan hingga tahun), memiliki gejala-gejala klaster (yang dirasakan) dan tanda-tanda (yang ditemui), dan mereka tidak dapat berfungsi dalam kehidupan sosial. Untuk anak dan remaja, tanda-tanda distress bisa diamati dari performa di sekolah, perilaku di dalam dan di luar kelas, hubungan sosial, dan kehadirannya di sekolah. Perilaku anak yang buruk dan distres emosional menjadikan anak  cenderung dihukum dan dilabeli nakal atau malas (masalah: underdiagnosed ADHD ) sehingga penting mengetahui perkembangan anak untuk segera mengetahui adanya masalah/stresor/trauma pada anak yang jika terlambat diketahui akan mengakibatkan masalah pada perjalanan perkembangannya. Baik anak dan lingkungan (orang tua dan faktor risiko lainnya) memainkan peran yang penting dalam menentukan perkembangan anak. Pada perkembangan anak, Nature is nurture dan nurture is nature (bukan nature vs nurture) karena perkembangan anak melibatkan  kognitif-behavioral-sosial- linguistik. Anak juga memiliki privasi, otonomi, hubungan dengan lingkungannya. Hal yang perlu diperhatikan adalah anak- dan remaja adalah kelompok usia paling dilindungi dan paling rentan, setidaknya satu dari lima anak hidup dengan gangguan mental. Kurangnya pengetahuan tentang perkembangan anak dan remaja normal/abnormal membatasi kemampuan psikiater dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja.   \sari

[sumber: dr Fiddina Mediola-Residen PPDS IKJ FK UGM]

 

 

 

Berita Terbaru