Pada Pelantikan Dokter periode II TA. 2012/2013 kali ini FK UGM berhasil meluluskan 69 Dokter Baru. Terdiri dari 33 Dokter laki-laki dan 36 perempuan. Lulusan dengan nilai terbaik berhasil diraih Arung Deyuna Widyaswara dengan IPK 3.87. Dan lulusan termuda dengan usaia 21 tahun 8 bulan dengan lama studi 5 tahun 4 bulan dirai9h oleh Meita Ucche. (Data statistik Bagian Akademik)
Lulusan Dokter Baru harus siap menghadapi persaingan global dalam bidang kesehatan, seperti yang disampaikan Dekan FK UGM. “Persaingan global dan Era Jaminan Kesehatan merupakan tantangan baru bagi lulusan Dokter Baru.” Disampaikan pula, “Para Dokter Baru agar mempersiapkan diri menghadapi perkembangan kesehatan.”
Pesan yang disampaikan Dekan FK UGM dalam tiap sambutannya pada pelantikan Dokter Baru adalah, “Para Dokter baru harus menjaga kode etik, nama baik Fakultas, termasuk nama baik sendiri. Karena dengan menjaga nama baik sendiri maka dia mampu menjaga nama baik Fakultas.”
Dalam pelantikan kali ini diisi dengan pesan dan kesan dari alumni FK UGM. Pelantikan yang sampai saat ini telah meluluskan 7.606 dokter ini menghadirkan dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) sebagai alumni berprestasi yang dipilih untuk memberikan pesan dan kesan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa beliau berasal dari desa yang sangat jauh, jalanan sulit ditempuh, bahkan dirumah tidak ada televisi. Hingga pada suatu hari teman-teman seangkatan dari FK UGM berkunjung kerumah beliau dan salah satu temannya menyampiakan bahwa, “kok dulu kamu tahu disana (kota) ada Fakultas Kedokteran UGM?” Sampai saat ini beliau masih teringat betul dengan pertanyaan temannya tersebut.
Model pendidikan di Fakultas Kedoteran berbeda dengan Fakultas lain. Menurut beliau proses pembelajaran di Fakultas Kedokteran merupakan sebuah metamorphosis. Seperti dicontohkan dr. Hasto, belajar di FK seperti kecebong yang masuk dalam air dan bisa hidup dan berenang, kemudian bermetafora menjadi katak yang bisa bernyanyi dan melompat.
Beliau juga berpesan kepada lulusan Dokter Baru, “ Belajar harus sampai proficient bukan sampai kompeten karena kalau kompeten belum tentu proficient. Jadilah orang yang proficient tidak sekedar kompeten.” Beliau berujar, “banyak-banyaklah belajar tentang soft skills karena ketrempilan tersebut tidak diajarkan di kampus, sedangkan dalam pelayanan sehari-hari kepada semua pasien dan masyarakat sangat dibutuhkan kemampuan soft skills. Kesuksesan para dokter bekerja di rumah sakit, di klinik maupun di masyarakat 80% ditentukan oleh soft skills-nya.”
dr. Hasto juga berpesan, “bekerjalah dengan prinsip sepi ing pamrih rame ing gawe, artinya sebanyak mungkin bekerja dan berkarya dan sesedikit mungkin pamrih (harapan untuk mendapat imbalan).” Dan tidak lupa pesan beliau, “menjadi dokter jangan berhenti belajar, ‘jangan merasa bisa tetapi harus bisa merasa tentang dirinya sendiri’. Sangat berbahaya ketika sudah menjadi dokter klinisi senior banyak dipercaya oleh pasien dan masyarakat akan tetapi dokter tersebut terus merasa mapan, merasa paling tahu dan serba tahu (terjangkit I know – I know syndrome) tidak pernah belajar dan membaca, maka dokter tersebut telah menjadi orang yang paling celaka dan banyak mencelakakan orang lain dan pasien.” (Dian Humas)