20 Tahun Tsunami Aceh: Refleksi dan Penguatan Riset Kebencanaan

FK-KMK UGM. Untuk memperingati 20 tahun pasca bencana tsunami Aceh, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK) serta Disaster Management USK menggelar Diskusi Riset bertema “Refleksi Kebencanaan”. Acara ini berlangsung secara bauran pada Selasa (24/12) di Universitas Syiah Kuala, Aceh.

Ketua Program Studi Doktor FK USK, Prof. Dr. dr. Herlina Dimiati, Sp.A(K), menyatakan bahwa diskusi ini merupakan langkah penting untuk menguatkan kolaborasi riset kebencanaan antara UGM dan USK.

“Hampir 70% alumni FK UGM yang bergabung di USK telah menjadi guru besar dan terus berkomitmen untuk berkontribusi dalam pengembangan riset. Kami membutuhkan panduan dan kolaborasi untuk menghasilkan penelitian yang bermanfaat di masa mendatang,” ujarnya.

Prof. Herlina juga mengingatkan pentingnya bangkit dari keterpurukan yang dialami Aceh pasca tsunami. Menurutnya, meskipun bencana tersebut sangat memprihatinkan, masyarakat dan akademisi harus bersinergi untuk saling menguatkan pondasi pengetahuan kebencanaan.

Dr. Rina Suryani Oktari, S.Kep., M.Si.,Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kemitraan FK USK, menambahkan bahwa pengelolaan pengetahuan menjadi aspek krusial dalam mitigasi bencana.

“Merawat memori dan menjaga pelajaran dari masa lalu sangat penting agar generasi mendatang lebih siap menghadapi bencana. Kami berharap diskusi ini melahirkan kolaborasi riset, publikasi, dan pembimbingan antar lembaga,” katanya.

Ketua Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FK-KMK UGM, Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., MPH, Ph.D., menekankan perlunya pendekatan multidisipliner dalam riset kebencanaan.

“Musibah seperti tsunami Aceh membawa perubahan besar, baik di tingkat nasional maupun daerah. Namun, riset kebencanaan tidak bisa hanya dilakukan saat bencana terjadi. Sains harus terus dikembangkan bahkan dalam situasi normal agar kontribusinya lebih maksimal saat bencana melanda,” jelasnya.

Prof. Utarini juga memaparkan delapan fokus prioritas riset kebencanaan yang relevan bagi Indonesia. Beberapa di antaranya meliputi penguatan budaya risiko melalui peningkatan pengetahuan kebencanaan, pengembangan teknologi terapan untuk mitigasi dan peringatan dini, serta inovasi pembiayaan penanggulangan bencana dengan pendekatan kolaboratif multipihak.

“Pengelolaan risiko dan kerangka kebijakan seperti asuransi bencana juga harus menjadi perhatian utama dalam agenda riset kita,” tambahnya.

Diskusi ini turut membahas rencana kolaborasi antara Program Doktor FK-KMK UGM dan FK USK dalam bidang kebencanaan kesehatan. Kolaborasi ini mencakup pengembangan agenda riset bersama, pelaksanaan pembelajaran lintas program, hingga publikasi dan pembimbingan mahasiswa doktoral.

Menurut Prof. Utarini, penelitian yang dilakukan harus berbasis kebutuhan lapangan dengan memperhatikan identifikasi praktik terbaik, deskripsi kebutuhan riset, serta rekomendasi kebijakan yang jelas.

Ia juga menegaskan pentingnya menjaga etika dan integritas dalam riset kebencanaan, terutama saat menghadapi keterbatasan waktu dan situasi kompleks.

Diskusi riset ini diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara UGM dan USK, sekaligus melahirkan strategi inovatif dalam mitigasi bencana. Dengan merawat pengetahuan masa lalu dan mengembangkan teknologi, masyarakat Indonesia diharapkan lebih siap menghadapi tantangan kebencanaan di masa depan.

Melalui diskusi reflektif ini, FK-KMK UGM terus berkomitmen untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yakni Kehidupan Sehat dan Sejahtera (SDG 3), Pendidikan Berkualitas (SDG 4), Penanganan Perubahan Iklim (SDG 13), Ekosistem Lautan (SDG 14), serta Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan (SDG 17). (Isroq Adi Subakti/Reporter).