[slideshow_deploy id=’11508′]
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Prof.Drs. Mohammad Nasir, MSi., Akt., PhD mengunjungi Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran UGM untuk melihat secara langsung pengembangan penelitian Wolbachia yang dilakukan oleh tim peneliti Fakultas Kedokteran UGM, Selasa (26/4). Dalam lawatan kali ini Menristek Dikti didampingi oleh Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Prof.dr. Ali Ghufron Mukti, MSc., PhD; Rektor UGM, Prof.Ir.Dwikorita Karnawati, MSc., PhD serta jajaran Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Daerah kota Yogyakarta mengunjungi insektarium Fakultas Kedokteran UGM
Wolbachia, merupakan upaya alamiah pembiakan nyamuk yang resisten terhadap perkembangan virus dari nyamuk Aides Aegypti. Dengan adanya nyamuk ber-Wolbachia diharapkan akan mampu menekan virus Demam Berdarah Dengue seperti yang sudah dilaporkan di dusun Kronggahan II Desa Trihargo Gamping Sleman selaku wilayah ujicoba Wolbachia.
Inovasi penelitian Wolbachia ini dipimpin oleh Wakil Dekan III Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Kerjasama Fakultas Kedokteran UGM, Prof.dr.Adi Utarini, MSc., MPH., PhD bersama dengan tim Eliminate Dengue Project (EDP-Yogyakarta) yang bekerjasama dengan Yayasan Tahija. Pengembangan riset wolbachia ini tentunya selaras dengan visi misi Fakultas Kedokteran UGM yakni berupaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui pendidikan dan penelitian.
Saat ini Indonesia masih menempati peringkat kedua setelah negara Brazil untuk kasus DBD. “Melalui pembiakan Wolbachia diharapkan dapat digunakan sebagai upaya pencegahan alamiah melalui pengendalian biologis”, terang Professor Adi Utarini.
Penelitian yang diawali di Monash University, Australia ini mulai dikembangkan di Fakultas Kedokteran UGM pada tahun 2011. Wilayah ujicoba penelitian-pun ditetapkan di daerah Sleman pada periode Januari hingga Juni 2014 untuk penyebaran nyamuk wolbachia dewasa. Sedangkan pada periode November 2014 hingga Mei 2015 dilakukan penyebaran telur nyamuk ber-wolbachia di Bantul.
Berdasarkan hasil evaluasi tim, metode dengan menggunakan bakteri alami bernama Wolbachia ini terbukti mampu menekan perkembangan virus demam berdarah dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti.
Sampai saat ini dilaporkan jumlah penderita Demam Berdarah di Sleman terutama Kelurahan Kronggahan mengalami penurunan drastis. “Penelitian Wolbachia merupakan penelitian translasional yang memerlukan kehati-hatian ekstra,” ujar Professor Adi Utarini. Tentu saja perlu upaya berkelanjutan untuk melakukan evaluasi dan pendampingan proyek ini.
Memang tidak mudah memperkenalkan dan mengembangkan penelitian Wolbachia pada masyarakat awam. Munculnya penolakan warga pernah dialami oleh tim EDP. Dengan kegigihan dan kesabaran untuk melakukan re-sosialisasi dan pendampingan, akhirnya masyarakat dapat menerima dan memetik hasil penelitian Wolbachia ini.
Menristek sangat mengapresiasi penelitian EDP-Yogya dan berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi pionir untuk terus mengembangkan inovasi-inovasi pengendalian demam berdarah dengue yang aman, ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Ke depan semoga bisa diimplementasikan ke semua daerah ataupun secara nasional”, tegas Menristek saat melakukan dialog dengan warga dusun Kronggahan II Desa Trihargo Gamping Sleman.
Menristek berharap, kelak hasil penelitian wolbachia ini dapat dinikmati oleh masyarakat untuk menyelesaikan masalah Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Tentunya Menristek akan bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan untuk mewujudkannya. (Wiwin/IRO)