Site icon FK-KMK UGM

Terobosan Baru Atasi Kanker Hati

FK UGM – Kanker hati (Karsinoma Hepatoselular) merupakan keganasan hati primer yang mempunyai insidensi cukup tinggi dan terus meningkat serta merupakan penyebab kematian ke-3 di dunia. Demikian dr. Bagaswoto Poedjomartono, Sp.Rad(K)RI mengawali pemaparan hasil penelitiannya saat menjalani ujian terbuka Program Doktor, Kamis (28/7) di gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM. Staf Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran UGM sekaligus penanggung jawab pelayanan Radiologi Nuklir RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta ini merupakan Doktor ke-249 di Fakultas Kedokteran UGM dengan promotor Prof. dr. H. Arif Faisal, Sp.Rad(K)., DHSM.

Indonesia dengan jumlah penduduk 237 juta mempunyai insiden baru kanker kira-kira 237 ribu per tahunnya. Penyebab kanker hati belum diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya adalah infeksi atau penyakit hati kronik akibat virus hepatitis, sirosis, parasit dan aflatoksin.

Dokter Bagaswoto memaparkan jika pasien kanker hati tidak diobati dengan tindakan yang tepat maka pasien secara medis hanya akan mampu bertahan hidup rata-rata 5 bulan. Akan tetapi, terapi kanker hati dengan operasi maupun pengobatan kanker (sitostatika) umumnya tidak efektif. Hal ini disebabkan kebanyakan pasien datang sudah pada stadium lanjut dan sudah lebih dari satu benjolan (nodul), bahkan sudah terjadi penyebaran ke organ lainnya.

Kemoterapi sistemik bukan merupakan terapi pilihan karena mempunyai efek samping yang tidak diinginkan yang insidensinya cukup tinggi. Selain itu, obat yang masuk ke dalam tumor lebih sedikit daripada yang beredar dalam sirkulasi sistemik. Radioterapi pada kanker hati tidak dianjurkan karena jaringan hati relatif sensitif terhadap radiasi dan dapat menimbulkan kerusakan berat pada jaringan hati yang sehat.

Melihat efek samping yang begitu tinggi terhadap pasien dengan kanker hati, maka dokter Bagaswoto kemudian mengembangkan metode terapi baru dengan program kateterisasi yang tidak memberikan efek samping berat bagi pasien. Terapi dengan cara Transarterial Chemoembolization (TACE) merupakan salah satu metode terapi yang dikembangkan dan sering dilakukan di beberapa negara seperti Cina, Korea, Jepang dan termasuk Indonesia.

“Penelitian ini lebih berupaya untuk menggabungkan secara sinergistik antara TACE dengan Beta-Glucan,” terangnya saat ditemui di gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UGM. Dalam penelitiannya, Dokter konsultan radiologi intervensional ini berusaha untuk mengkaji dayaguna TACE dengan obat kemoembolan yang diberikan secara kateterisasi arteri selektif pada kanker hati yang dikombinasi dengan pemberian obat Beta-Glucan secara oral serta mengkaji efek obat Beta-Glucan tersebut dari indikator imun dan ketahanan hidup pada terapi kanker hati.

Efektivitas Beta-Glucan terdapat dalam ekstrak Ganoderma Lucidum (GL). Ekstrak herbal Ganoderma Lucidum (GL) mempunyai efek anti kanker melalui efek biologiknya berupa mekanisme sitotoksik atau imunomodulator. Ekstrak ini kemudian yang dipergunakan dalam penelitian sebagai obat tambahan dan dapat dievaluasi melalui pemeriksaan laboratorium terhadap reseptor imun.

Hasil akhir penelitian ini membuktikan bahwa penambahan Beta-Glucan sebelum terapi metode TACE berhasil meningkatkan respon komplit dan parsial mencapai 62.50%. Selain itu, dengan penelitian ini meningkatkan jumlah pasien dengan ukuran tumor dalam kanker hati mengecil menjadi <50cm2 sampai dua kali lipat (dari 12% menjadi 25%), meningkatkan sel-sel CD4, CD8 dan IL-2, median survival rate lebih tinggi dan mempunyai hazard risk risiko meninggal lebih rendah. “Hasilnya pada pasien tanpa Beta-Glucan menunjukkan data sebaliknya,” tegas dr. Bagaswoto. (Wiwin/IRO).

Exit mobile version