Site icon FK-KMK UGM

Terapi Sujok di Bazar Ramadhan RSA UGM

FK-KMK UGM. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan FK-KMK UGM dalam rangka mengikuti kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka Complementary Alternative Therapy – Pain Management pada rangkaian acara Bazar Ramadhan Pasar Krempyeng Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM pada 24-25 Maret 2025. Pada kegiatan ini mahasiswa kelompok A yang beranggotakan Arfidya, Destiana, Desty, Dwi, Erlina, Felicya, Gien, Nadhiya, Rizqika, Salma, Shacita, Syaikhah, Violina, dan Yumna dengan didampingi oleh Ibu Ema Madyaningrum, S.Kep., NS., M.Kes., Ph.D (Dosen PSIK FK-KMK UGM yang telah memperoleh sertifikasi terapis Sujok) memberikan pelayanan untuk mengatasi keluhan kesehatan melalui terapi Sujok.

Ketua tim pengabdian Masyarakat Prof Intansari Nurjannah, SKp., MNSc., PhD bersama dengan tim menyatakan bahwa kegiatan terapi Sujok ini merupakan salah satu upaya dalam mempertahankan kesehatan dan terutama dalam mengatasi masalah nyeri dengan metode yang sederhana dan “friendly”. Terapi Sujok merupakan pengobatan tradisional yang dicetuskan oleh filsuf asal Korea Selatan, Prof. Park Jae Woo. terapi ini diyakini mampu membantu meredakan berbagai keluhan seperti, nyeri, stress, dan gangguan pencernaan.

Terapi ini berfokus pada beberapa titik di tangan dan kaki yang menginterpretasikan seluruh bagian tubuh manusia. Adapun, metode yang digunakan dalam proses terapi, yakni pemijatan, penempelan biji (chia seed), penempelan magnet, dan penggunaan bludru biru. Selain praktis dan menggunakan alat-alat yang mudah ditemukan, terapi ini juga dianggap sebagai terapi alternatif bagi mereka yang mencari pengobatan non invasif. Namun, efektivitasnya masih bergantung pada masing-masing individu.

Pada pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh kelompok A tanggal 24-25 Maret 2025, peserta yang mengikuti terapi Sujok cukup banyak. Jumlah kasus yang ditangani oleh kelompok A sebanyak 43 kasus, dengan mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan. Rentang usia pasien berkisar antara 20 hingga 50 tahun, yang termasuk dalam kategori dewasa. Masalah utama yang ditangani didominasi oleh nyeri muskuloskeletal. Hasil terapi yang diberikan menunjukkan adanya penurunan nyeri yang signifikan dan peningkatan kenyamanan pasien secara keseluruhan.

Berdasarkan respon peserta, terapi Sujok terbukti memberikan hasil positif, meskipun tingkat efektivitasnya berbeda pada setiap individu. Beberapa peserta merasakan keluhan hilang dengan cepat setelah menggunakan bludru biru, sementara peserta lain lebih merespon baik terhadap magnet atau chia seed. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap metode terapi yang diberikan. Selain itu, peserta sangat antusias terhadap program pengabdian masyarakat ini sehingga menciptakan suasana yang kondusif dalam proses terapi.

Pengabdian masyarakat ini sejalan dengan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera melalui terapi Sujok sebagai complementary alternative therapy. Pengembangan Sujok juga relevan dengan SDG: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur yang mendorong adanya inovasi dan infrastruktur dalam menciptakan solusi kesehatan yang terjangkau dan mudah diakses. Kolaborasi dengan pihak RSA UGM dalam pengadaan terapi Sujok mencerminkan semangat SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan yang menekankan pentingnya kolaborasi dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan terutama di bidang kesehatan. Kegiatan terapi Sujok ini berkelanjutan selama beberapa bulan kedepan. Kegiatan selanjutnya dilakukan di Puskesmas Jetis 2 dan RSPAU Hardjolukito Yogyakarta pada tanggal 8-11 April 2025. (Kontributor: Prof. Intansari Nurjannah).

Exit mobile version