Site icon FK-KMK UGM

FK-KMK UGM Bahas Konflik Global Akses dan Keamanan Obat dalam Forum Leadership

FK-KMK UGM. Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (KMK) bersama Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada kembali melanjutkan rangkaian Webinar Forum Leadership pada Kamis, 5 Juni 2025. Memasuki sesi kedua, kegiatan ini mengangkat tema “Konflik Makro dalam Sistem Kesehatan: Isu Akses, Harga, dan Keamanan Obat”, yang menjadi topik strategis dalam penguatan sistem kesehatan nasional dan internasional.

Webinar ini menghadirkan narasumber utama Dr. Budiono Santoso, Ph.D., pensiunan dosen FK-KMK UGM sekaligus mantan Penanggung Jawab Program Obat dan Teknologi Kesehatan WHO Kawasan Pasifik Barat. Dalam paparannya, Dr. Budiono mengupas dinamika komunikasi, negosiasi, dan mediasi yang berperan penting dalam mengatasi perbedaan kepentingan antarnegara, khususnya dalam isu kebijakan obat esensial. Salah satu studi kasus yang diangkat adalah penyusunan Strategi Regional WHO 2005–2010 yang sempat ditolak namun akhirnya disepakati setelah revisi dan konsultasi mendalam. Strategi ini mencakup kepatuhan terhadap aturan WTO dan WIPO serta keterlibatan industri farmasi dalam implementasi kebijakan.

Lebih lanjut, Dr. Budiono memaparkan upaya WHO dalam mendorong transparansi melalui Price Information Exchange of Medicines. Sistem ini dikembangkan agar negara-negara anggota dapat saling berbagi informasi harga dan pemasok obat, memungkinkan evaluasi pengadaan secara lebih efisien, meskipun WHO tidak memiliki mandat untuk mengatur harga secara langsung. Inisiatif ini menunjukkan pentingnya SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera serta SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan, khususnya dalam aspek aksesibilitas dan keadilan dalam sistem kesehatan global.

Topik lain yang dibahas adalah sistem peringatan dini terhadap obat palsu dan substandar yang dikenal sebagai Rapid Alert System. Sistem ini memungkinkan negara-negara anggota WHO berbagi informasi dalam waktu singkat apabila ditemukan indikasi produk medis berbahaya. Hal ini sejalan dengan SDG 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur.

Dr. Budiono juga menyoroti kasus gagal ginjal akut di Indonesia pada 2022 akibat kontaminasi etilen glikol dan dietilen glikol dalam sirup obat anak. Ia menilai bahwa lemahnya koordinasi dan lambatnya respons antarinstansi telah menyebabkan tragedi yang seharusnya bisa dicegah. Ia membandingkan dengan negara-negara di Kawasan Pasifik Barat yang mampu menarik produk bermasalah hanya dalam kurun waktu 24–72 jam. Kasus ini menjadi pengingat pentingnya pengawasan mutu obat, edukasi publik, serta kesiapsiagaan lintas sektor untuk melindungi keselamatan masyarakat.

Di akhir sesi, Dr. Budiono menekankan bahwa komunikasi yang jernih dan tidak emosional, kesabaran, serta ketangguhan merupakan kunci dalam mengelola konflik kebijakan kesehatan di tingkat nasional maupun internasional. Perbedaan kepentingan antarnegara adalah hal yang wajar, namun harus dihadapi dengan pendekatan diplomatik agar tidak menimbulkan kerugian bagi publik. Webinar ini memberikan kontribusi nyata dalam penguatan kapasitas peserta dalam memahami dan mengelola konflik makro di sektor kesehatan. (Kontributor: Ichlasul Amalia).

Exit mobile version