Clinical Decision Making seri kedua yang bertemakan Ilmu Penyakit Dalam ini disajikan untuk memperdalam ilmu kedokteran klinis hingga penanganan kegawatdaruratan di tingkat pelayanan kesehatan primer. Dengan pembicara-pembicara ahli di bidangnya, seminar yang diadakan pada tanggal 4 Juli 2015 dan bertempat di Ruang Diklat Lt. IV RSUP Dr. Sardjito ini diikuti oleh dokter umum, mahasiswa kesehatan, hingga dokter spesialis. Acara ini dibuka oleh dr. Ibnu Purwanto, Sp.PD., K-HOM – Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset dan Sumber Daya Manusia.
Seminar ini adalah bagian dari rangkaian pembuatan Buku Ajar yang berisi materi-materi untuk pegangan mahasiswa dan praktisi kesehatan. “Buku ini akan terdiri banyak topik, topik yang pernah kami seminarkan sebelumnya adalah mengenai obgyn. Clinical decision making berbasis bukti atau evidence based sangat perlu agar kita tidak ketinggalan. Jangan sampai kita menggunakan buku tahun 90 padahal kita perlu selalu update. Dokter kadang sudah tidak punya waktu lagi untuk mengupdate ilmunya. Evidence based ini akan membuat kita selalu melihat standard ke depan dan tidak kembali lagi ke masa lalu”, tutur dr. Ova Emilia, M.M.Ed., Sp.OG(K), Ph.D. – Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni FK UGM
Swai pertama dibawakan oleh dr. Hasanah Mumpuni , Sp.PD, Sp.JP dan dimoderatori oleh dr. Heru Prasanto Sp.PD KGH. Materi angina ini sangat penting karena merupakan kasus kegawatan yang ering ditemui dokter umum. ” Banyak differential diagnosis pada pasien dengan keluhan nyeri dada. Tidak hanya infark myocard, mulai dari pulmo sampai gaster pun bisa. Untuk itu secara garis besar kita bisa membagi dengan non cardiac dan cardiac chest pain”, ujar dr. Hasanah. Walaupun banyak difderential diagnosis, penyebab nyeri dada harus bisa ditegakkan dalam 4 menit . Materi angina disajikan dr. Hasanah dengan apik. Penggunaan algoritma memudahkan peserta menyerap ilmu dan update yang disampaikan beliau. ” Dokter harus bisa melakukan tatalaksana kegawatan, tidak usah menunggu enzym jantung di pasiem stemi,langsung action saja” tutup beliau
“Palpitasi adalah gejala yg sering irasakan oleh pasien kita, namun sering kita bilang oh gapapa bu ini cemas saja. Jadi tujuan presentasi ini adalah membuka mata kita tentang palpitasi dan penanganan awal karena palpitasi bisa mati mendadak”, ujar dr. Erika Maharani, Sp.JP(K) dalam seminarnya. “Cardiac problem menyebabkan 43 persen aritmia , 20 persennya psikiatri dan sisanya tidak diketahui. EKG sangat penting untuk menentukan apakah ini merupakan kardiak atau non kardiak” ujar dr. Erika. Palpitasi yang sering dikeluhkan pasien terkadang sulit ditemukan dalam pemeriksaan dokter, hal ini bisa disiasati dengan beberapa pemeriksaan seperti holter monitor, studi elektrofisiologi, stress test dan echocardiografi. “Semua pemeriksaan aritmia ditanggung BPJS” ujar dr.Erika. ” Jangan pernah mengatakan tidak apa-apa kepada pasien, karena mereka adalah dokter terbaik bagi diri mereka. Lakukan pemeriksaan dengan baik. Dokumentasi ekg sangatlah penting untuk menegakkan diagnosis aritmia”, tutup beliau.
Materi terakhir pada sesi 1 adalah Hipertensi. “Hipertensi ini kasusnya banyak. Hipertensi adalah penyakit terbanyak untuk kasus yang seharusnya tidak dirujuk.”,ujar dr. H.Bambang Djarwoto, Sp.PD-KGH. Critical issue pada hipertensi adalah adalah tentang pemgukuran tensi,mulai dari petugasnya, pasiennya, alat, dan prosedurmya. “Kita harus mengukur.dengan tepat karena ini akan membuat kesalahan dalam diagnosis dan tata laksana. Banyak hal yang harus diperhatikan seperti suhu dingin, merokok, kandung kemih penuh” ujar dr. Bambang djarwoto. “Posisi dokter harus benar, begitu pula alatnya. Standarnya masih raksa, tapi untuk JCI disarankan dengan digital”. Tak hanya masalah diagnosis, dr.Bambang Djarwoto juga menyampaikan tatalaksana dan pola pikir yang harus dimiliki seorang dokter dalam menghadapi hipertensi. ‘Modifikasi gaya hidup adalah hal utama. Dokter tidak hanya harus bermodalkan pintar dan berniat baik, namun hal yang dilakukannya pun juga harus benar”,tutup dr.Bambang
Sesi kedua masih dimoderatori oleh dr.Heru Prasanto. Sesi yang dimulai setelah break ini diisi dengan 3 materi dari dr. Neneng Ratnasari, Sp.PD,K-GEH, dr. Deddy Nur Wachid A. , M.Kes., Sp.PD-KR, dan dr. R. Bowo Pramono, SpPD-KEMD.
materi pertama yang dibawakan oleh dr.Neneng berjudul ‘Nyeri Ulu Hati”. ‘Masih banyak pasien nyeri ulu hati yang dikirim ke spesialis,padahal ini bisa diselesaikan oleh dr.umum”. Clinical Decision Making series ini diselenggarakan untuk membantu praktisi dalam menentukan keputusan klinis,dan karenanya dr.Neneng membawakan materinya dengan mudah dipahami dan menarik. Sama seperti presentator lain yang mengedepankan algoritma, dr.Neneng juga menampilkan algoritma yang mudah dipahami. ” Pasien dengan nyeri ulu hati ini datang dengan banyak preaentasi gejala. Kadang ada yg overlap dan mirip dengan yang lain”.
Nyeri dan bengkak sendi adalah materi kedua yang dibawakan oleh dr.Deddy. ” Nyeri semdi saya yakin adalah kasus yang sering ditemui di PPK 1″ ujar beliau dalam pembukaan materi. dalam paparannya, dr.Deddy menekankan pada penguasaan patogenesis dan patofisiologi sebagai bekal mengedukasi pasiem dan menilai prognosis. dengan dituntun ilustrasi kasus yang lazim ditemui di PPK 1, peserta mengikuti materi nyeri sendi ini dengan baik.
Materi terakhir pada seminar kali.ini adalah “Polidipsi dan Poliuri”. ” Mungkin teman teman merasa aneh dengan judul ini, tapi ini adalah cara yang baik untuk membuat materi buku ajar dengan nantinya ke arah diabetes”,ujar dr.Bowo Pramono. Tak hanya masalah diabetes melitus, beberapa penyakit yang jarang ditemui pun dibahas disini seperti diabetes insipudus dengan berbagai penyebabnya. Sebagai seorang ahli endokrin, dr.Bowo mampu menjelaskan materi ini dengan baik mulai dari patofisiologi hingga terapi yang tepat untuk pasien.” Dengan terapi yang tepat, pasien diabetea gestasional akan menjadi normal setelah ia melahirkan. oleh karenanya sejak awal ibu hamil harus dicek.gulanya”,ujar dr.Bowo. (Bagas/Reporter)