Site icon FK-KMK UGM

Akademisi FK-KMK UGM Angkat Sejarah Kedokteran dalam Konferensi Internasional se-Asia Tenggara

FK-KMK UGM. Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan The University of Sydney dan History of Medicine in Southeast Asia (HOMSEA) menyelenggarakan The 10th International Conference on the History of Medicine in Southeast Asia yang diselenggarakan pada 24-27 Juni 2025. Konferensi ini dilaksanakan secara hybrid menggunakan platform zoom dan terselenggarakan secara offline di Auditorium Soegondo, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah mada. Pada tahun 2025 ini, Universitas Gadjah Mada terpilih dan mendapatkan kesempatan berharga menjadi tuan rumah forum dua tahunan yang cukup bergensi di bidang sejarah kesehatan.

Pada sesi Plenary Symposium yang mengusung tema “Health, HealthS Services, and Medical Education in Indonesia: Learning From The Past, Planning for The Future”, konferensi ini turut dihadiri sebanyak 120 peserta secara online dan 50 peserta secara offline yang terdiri dari mahasiswa, dosen, peneliti, dokter, dan profesor dari seluruh negara Asia Tenggara. Sesi Plenary Symposium ini turut menghadirkan beberapa diantaranya, Prof, Dr. Menaldi Rasmin., Sp.P(K)., FISH, FCCP Ketua Konsil Kedokteran Indonesia Periode 2008-2014; Prof, Dr. dr. Hardyanto Soebono, Sp.D.V.E, Subsp.D.T Selaku Dosen Departemen Dermatologi dan Venereologi FK-KMK UGM; Prof. dr. Budi Mulyono, Sp.PK.(K)., MM. selaku President Direktur  RSUP Sardjito Central Hospital (Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada); Prof. Dr. dr. Soenarto Sastro Wijoto, SpTHT(K) selaku Dekan FK-KMK periode 1991-1997; dan Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H. MARS selaku Direktur RSUD Dr. Soetomo Central Hospital Airlangga (Rumah Sakit Akademik Universitas Airlangga). Dengan dimoderatori oleh, Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., P.h.D selaku dosen Departemen Kesehatan Anak dan Pediatri FK-KMK UGM.

Pada Planery Symposium ini terdapat sesi presentasi materi dari Prof. Rasmin menyampaikan terkait dengan materi “The History of Medical Education in Indonesia”. Prof. Rasmin menjelaskan sejarah perkembangan pendidikan kedokteran di Indonesia memiliki karakteristik dan objek kajian tersendiri setiap zamanya. Selain itu, Prof. Rasmin turut menegaskan sejarah kedokteran Indonesia tidak akan pernah terlepas dari sejarah perjuangan dalam ruang kebijakan  publik.

“Sejarah pendidikan kedokteran Indonesia memiliki keterkaitan erat dengan kebijakan dan landasan hukum dari zaman ke zaman, hal ini merupakan komitmen pemerintah dalam menentukan arah kebijakan kesehatan dan terkanda kebijakan ini justru menjadi problem tersendiri dalam pendidikan kesehatan”, kata Prof. Ramin.

Selanjutnya, pada presentasi materi kedua disampaikan oleh Prof. Hardyanto dengan materi “The History of Medical Education at Gadjah Mada University”. Prof. Hadyanto menjelaskan sejarah pendidikan kedokteran di UGM mengalami 3 fase diantaranya, fase kemerdekaan, fase kemangkunegaraan, dan fase Sekip. Ketiga fase turut diperjelas sebagai jejak komitmen dalam mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan dalam menyasar langsung masyarakat.

“Dalam komitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik di Indonesia, UGM membangun jembatan penghubung antara FK-KMK dan RSUP sebagai simbol filsofis kecepatan dan adaptasi kami dalam memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat dan memajukan dunia kedokteran”, kata Prof. Hadryanto.

Kemudian, acara Planery Symposium ini dilanjutkan dengan diskusi yang dipantik oleh Prof. Budi. Pada kesempatan ini, Prof budi menyampaikan apresiasi atas presentasi sejarah kedokteran Indonesia sebagai wujud kebanggaan atas pengabdian panjang. Selain itu, Prof. Budi turut memberikan pemaparan terkait dengan pengalamanya dalam mengembangkan academic health system.

“Sejarah panjang pendidikan kedokteran di Indonesia tidak akan pernah lepas dari integrasi antara perguruan tinggi, rumah sakit, profesi profesional/kolegium yang terus berinovasi dalam meningkatkan pelayan kesehatan.

Sementara itu, Prof. Soenarto mempertegas pemaparan dengan menceritakan pengalamanya selama menjadi dekan FK-KMK UGM.  Prof. Soenarto juga turut memberikan pandanganya terkait dengan komitmen kolaborasi internasional.

“Pendidikan kedokteran membutuhkan adanya kerjasama berkelanjutan dalam skala internasional khususnya, dalam keilmuan, praktik lapangan, dan kolaborasi riset untuk meningkatkan keberdampakan dalam masyarakat”, Prof. Soenarto.

Lebih lanjut, dr. Slamet memaparkan perspektif yang berbeda dari dimensi rumah sakit pendidikan. Dalam pemaparanya, dr. Slamet menegaskan pendidikan kedokteran merupakan pendidikan yang langsung mengawal hak asasi manusia secara pelayanan, keilmuan medis, dan penelitian.

“Seorang dokter menjadi aktor sejarah dalam kesehatan masyarakat yang dibekali tugas utama pada pelayanan pasien, pendidikan tingkat lanjut, dan inovasi penelitian”, kata dr. Slamet.

Kegiatan konferensi internasional ini sejalan dengan SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera yang menunjukan komitmen pada perkembangan pendidikan kedokteran; SDG 4: Pendidikan Berkualitas yang berkomitmen pada terselenggaranya forum sejarah kesehatan yang berkualitas dengan menghadirkan beberap ahli; SDG 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh yang menekankan komitmen menguatkan pondasi sejarah kelembagaan pendidikan kedokteran; dan  SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan dalam kolaborasi presentasi keilmuan dalam forum internasional se-Asia Tenggara (Reporter/Tedy).

Exit mobile version