Site icon FK-KMK UGM

Air Bersih dengan Perak dalam Filter Keramik

Ketersediaan air bersih saat ini masih menjadi masalah di Indonesia, terutama saat terjadi bencana alam. Saat bencana banyak sumber air yang mengalami pencemaran, baik pencemaran biologis maupun kimia. Pencemaran air secara biologis seperti virus, bakteri atau cacing menyebabkan penyakit diare, infeksi cacing, disentri, kolera, penyakit tifus dan liver. Pencemaran air secara kimia seperti logam berat, sianida dan deterjen menyebabkan penyakit infeksi kulit, gangguan usus, gangguan hati, tulang, dan sistem peredaran darah, anemia, kerusakan sistem syaraf pusat dan masalah karsinogenik.

Air jernih, tak berwarna, tak berbau, tak berasa, bebas dari mikroorganisme penyebab infeksi dan bebas zat kimia berbahaya adalah kategori air yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, seperti yang disampaikan Dr. Ariyanto Nugroho, SKM., M.Sc. dalam ujian Doktor di Fakultas Kedokteran UGM, Jumat, 11 November 2016. Parameter air yang berkualitas adalah parameter biologis. Parameter biologis yaitu mikroorganisme air yang mempunyai sifat dan konsentrasi yang bermacam-macam dan analisis parameter biologis yaitu Escherichia coli (E.coli) atau coli tinja. E.coli selalu terdapat dalam tinja sehingga dapat menjadi indikator adanya pencemaran dari tinja manusia atau hewan berdarah panas.

Pengolahan air minum dan penyimpanan air minum di tingkat rumah tangga seperti memasak, filtrasi air dan klorinisasi air minum lebih efektif dalam meningkatkan kualitas air minum dan menurunkan jumlah mikrobiologi. Salah satu teknologi pengolahan air minum yang dapat diterapkan ditingkat rumah tangga adalah filter keramik. Beberapa negara sedang mengembangkan filter keramik yang dikombinasikan dengan perak didalamnya.

Perak berfungsi sebagai bactericide. Aplikasi ini merupakan inovasi dalam penyediaan air bersih. Di Bolivia penyakit diare berkurang hingga 70 % menggunakan aplikasi tersebut. Di Kamboja, filter keramik dapat mereduksi E.coli dengan reduksi rata-rata 99 % baik di laboratorium maupun pada percobaan di lapangan. Berdasarkan data dari WHO/UNICEF 2015, sekitar 663 juta orang di seluruh dunia masih menggunakan sumber air minum yang tidak layak, termasuk sumur tidak dilindungi, mata air dan air permukaan. Mayoritas berada di negara berkembang.

Filter keramik yang dikombinasikan dengan perak menarik perhatian Ariyanto untuk meneliti dosis perak dalam penggunaan filter keramik. “Efektivitas Aplikasi berbagai Dosis dan Metode Penambahan Perak Nitrat (AgNO3) pada Filter Keramik terhadap Bakteri Escherichia coli pada Air Minum” adalah judul disertasinya.

Hasil penelitian Ariyanto menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan untuk menurunkan kadar E.coli secara signifikan antara filter, ada perbedaan yang signifikan antara metode menambahkan perak dalam mengurangi jumlah E.coli dan dosis menambahkan perak dalam filter keramik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan jumlah E.coli. Ariyanto menjadi lulusan ke-272 di FK UGM dengan promotor Prof. Dr. dr. Adi Heru Sutomo, M.Sc dari FK UGM. (Dian/IRO)

Sumber: Disertasi Dr. Ariyanto Nugroho, SKM., M.Sc., Efektivitas Aplikasi berbagai Dosis dan Metode Penambah Perak Nitrat (AgNO3) pada Filter Keramik terhadap Bakteri Escherichia coli pada Air Minum, 2016

Exit mobile version